Belajar dari Kisah Thalut

Belajar dari Kisah Thalut
Belajar dari Kisah Thalut
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.idThalut adalah sosok pemimpin pasukan dari kalangan orang-orang yang beriman. Di dalam pasukannya, terdapat Daud, yang kala itu belum diangkat menjadi Nabi dengan gelar Khalifatullah. Pasukan Thalut yang jumlah kecil, berhadapan dengan pasukan Jalut yang jumlahnya banyak dan kuat. Allah mengisahkan kedua pasukan itu dalam firman-Nya berikut;

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

fa lammā faṣala ṭālūtu bil-junūdi qāla innallāha mubtalīkum binahar, fa man syariba minhu fa laisa minnī, wa mal lam yaṭ‘amhu fa innahū minnī illā manigtarafa gurfatam biyadih, fa syaribū minhu illā qalīlam minhum, fa lammā jāwazahū huwa wallażīna āmanū ma‘ahū qālū lā ṭāqata lanal-yauma bijālūta wa junūdih, qālallażīna yaẓunnūna annahum mulāqullāhi kam min fi’atin qalīlatin galabat fi’atan kaṡīratam bi’iżnillāh, wallāhu ma‘aṣ-ṣābirīn

“Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, “Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barang siapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqarah [2] : 249)

Ayat ini memiliki kandungan pembelajaran yang baik sekali, terutama bagi para pejuang, aktivis, maupun bagi “pejalan spritual. Kisah yang penuh hikmah.

Pada sisi “luar” (eksoterik) ayat ini disampaikan dalam bentuk kisah pertempuran antara dua pasukan dibawah pimpinan Thalut dan Jalut yang saling berhadapan. Thalut mewakili kelompok pasukan dari katakanlah orang-orang yang beriman. Namun keadaan keimanan mereka berbeda-beda. Secara teks kita temukan ada tiga kelompok. Pertama, kelompok tentara yang meminum “air sungai” hingga puas. Kelompok kedua, yang tidak minum, dan kelompok ketiga yang meminum seadanya saja.

Jika analogi ini dikiaskan kepada pengusaha, ada pengusaha yang maunya mengambil untung dari perdagangannya sebesar-besarnya keuntungan; ada yang tidak mau mengambil keuntungan, dan ada yang seadanya saja (asal untung sedikit). Kisah ini juga bisa diqiyaskan pada berbagai bidang kehidupan lainnya, seperti para birokrat dan atau terutama bagi para politisi, yang pada intinya, mencirikan karakter manusia dalam berhadapan dengan godaan materi (kesenangan duniawi).

Jika ayat ini dilihat dengan makna esoterik, dalam konteks seorang salik (pejalan spritual), maka juga terbagi atas tiga kelompok diatas. Ada orang yang ketika dalam melakukan riadah kepada Allah, saat diuji dengan godaan seprti pahala atau lebih besar lagi sperti qaramah, mereka mengambil qaramah itu dan digunakannya untuk memuaskan dirinya meraih sebesarnya kesenangan materi. Misalnya dengan mengharuskan orang membayar jika berharap memperoleh “manfaat” dari “kelebihan” (qaramah) yang Allah berikan. Ada yang tidak mau mengambilnya, dan ada yang seadanya saja mengambilnya.

Mereka yang mengambil sepuasnya, dikatakan sebagai bukan pengikut Thalut lagi. Dalam arti tentara itu akan dipecat, di beri funishment dikeluarkan dari barisan. Jika ia seorang salik, maka riadahnya terhenti hanya sampai disitu, dan tertutup baginya untuk menaiki tangga perjalanan berikutnya.

Dua kelompok lagi lainnya, yakni yang menahan diri tidak menikmatinya, dan yang hanya meminum ‘seciduk’ saja (sekedar untuk bertahan hidup), mereka itulah yang akan tetap berada di jalan Allah, riadahnya akan terus naik ketingkat berikutnya. Hal itu karena mereka memiliki keyakinan, jika mereka bersabar, pasti pertolongan Allah akan tiba. Demikianlah karena mereka memiliki keyakinan bahwa betapa banyak contoh di mana bala tentara yang kecil mampu mengalahkan bala tentara yang lebih banyak, atas izin dan pertolongan Allah.

Kesabaran dalam menjaga integritas dalam perjuangan untuk meraih sesuatu, itulah yang akan menentukan datangnya pertolongan Allah.

Kedua; kualitas ibadah lebih utama dari kuantitas ibadah. Banyak sabda Nabi perihal ini. Misalnya hadits tentang puasa, tentang zakat, infak, shadaqah, salat, haji dan lainnya semua amat menekankan pentingnya kualitas, bukan formalitas semata.

وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَۗ

wa lammā barazū lijālūta wa junūdihī qālū rabbanā afrig ‘alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

“Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (Q.S Al-Baqarah [2] : 250)

Dalam hal apapun yang sedang dihadapi, di medan perjuangan apapun, kunci kemenangan adalah kesabaran. Maka pada ayat ini kesabaran di mohonkan, agar langkah-langkah, strategi, taktik, yang dijalankan menjadi kokoh. Karena Allah menyertai orang-orang yang sabar.

Nabi SAW bersabda: kewaspadaan itu dari Allah, dan ketergesa-gesaan itu dari syaitan.

Keinginan meraih sesuatu secara instan (apa pun) itu, berasal dari dorongan syaithan.

Salah seorang yang ada dalam barisan pasukan Thalut diatas adalah Daud (sebelum diangkat jadi Nabi) yang kemudian membunuh Jalut. Dan setelah itu jadi Raja.

Tidak banyak yang bisa lolos dari ujian meraih keuntungan materi ini dalam “perjalanan” seseorang ke puncak karir nya.

Maupun dalam riadahnya kepada Allah.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada kita semua

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *