Duh, Kemenkes Konfirmasi Laporan 114 Suspek Hepatitis Akut di Jatim

Juru Bicara vaksinasi Covid-19 dr Siti Nadia Tarmizi MEpid. (Foto: ist )
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasi laporan 114 kasus/suspek hepatitis akut yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur.

“Isi pers rilisnya (laporan 114 kasus) benar,” kata Nadia dikutip dari Beritasatu.com, Minggu (8/5/2022).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selanjutnya, ketika ditanya apakah akan ada rapat koordinasi bersama Dinas Kesehatan seperti kasus Covid-19, Nadia menuturkan untuk kasus hepatitis ini masih menunggu laporan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Jatim) Erwin Astha Triyono.

Nadia menuturkan, sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan secara resmi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus hepatitis akut -yang tidak diketahui etiologinya atau penyebabnya- pada tanggal 15 April 2022, jumlah laporan dari berbagai negara terus bertambah.

Melihat kondisi tersebut, Kemenkes meningkatkan kewaspadaan terhadap KLB Hepatitis Akut dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir April 2022.

Erwin menyebutkan berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Jawa Timur, minggu pertama hingga 17, dengan data terakhir 4 Mei 2022, telah ditemukan 114 sindrom jaundice atau kuning akut di 18 kabupaten/kota di Jawa Timur.

“Di mana minggu ke-14 hingga minggu ke-17 cenderung mengalami peningkatan. Sebagai catatan, data SKDR tersebut adalah sindrom jaundice (kuning) akut yang dilaporkan dengan usia secara umum (tidak spesifik ≤ 16 tahun) dan masih perlu verifikasi dan diagnosis lebih lanjut apakah sindrom jaundice akut tersebut merupakan penyakit hepatitis akut atau penyakit lain dengan gejala sama,” ujarnya.

Untuk itu, Erwin menegaskan hingga saat ini masih belum ditemukan pasien positif hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di Jawa Timur.

Erwin mengimbau kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, khususnya kepada anak-anak dan orang tua untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta protokol kesehatan secara disiplin.

“Untuk mencegah dan mengendalikan penularan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di Jawa Timur, kami mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati namun tetap tenang. Lakukan upaya pencegahan dengan PHBS seperti sering mencuci tangan pakai sabun, meminum air bersih yang matang, memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang penuh, menggunakan alat makan sendiri, memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kontak dengan orang sakit. Selain itu, untuk sementara agar tidak berenang dulu di kolam renang umum, tidak bermain di playground, serta hindari menyentuh hand railing, kenop pintu, dinding, dan lainnya yang sering dipegang orang,” imbaunya.

Erwin menjelaskan bahwa gejala klinis yang ditemukan pada pasien hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini antara lain, peningkatan enzim hati, sindrom hepatitis akut, dan gejala gastrointestinal atau nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah.

Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. Ia berpesan jika masyarakat menemui gejala tersebut pada anak, segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera bisa dilakukan observasi dan tindakan.

Selain itu, Erwin juga mengimbau kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jawa Timur untuk siap dan sigap dalam menangani pasien yang mengalami gejala hepatitis akut tersebut serta segera melaporkan ke Dirjen P2P Kemenkes melalui Dinkes Jatim jika menemukan kasus sesuai dengan gejala hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

Untuk mengendalikan penyebaran hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini, Erwin menuturkan, Dinkes Jatim telah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota dan jejaring Dinas Kesehatan, rumah sakit dan puskesmas serta membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor. Selain itu, Dinkes Jatim juga terus melakukan promosi kesehatan melalui media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) agar masyarakat dapat memahami gejala jaundice akut tersebut.

“Dinkes Jatim juga terus memantau dan melaporkan sindrom jaundice akut di SKDR, dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak,” pungkasnya.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *