Hajinews.id – Seringkali antara kenikmatan, kelezatan dan keindahan tidak berjalan paralel dengan kebaikan, keselamatan dan kebenaran yang karenanya kita banyak keliru.
Menyangka semua nikmat adalah baik, semua lezat adalah selamat dan semua indah adalah benar merupakan kelelahan akal yang tunduk dengan hawa nafsu.
Mengantarkan kita kepada rasa sakit yang menyesakkan karena semua hanya fatamorgana.
Hamba yang beriman adalah kaum yang dihentikan oleh Al- Qur’an, demikian Al- Hasan hingga seluruh ukurannya bukan atas nafsu dan kebutuhan namun bagaimana Allah mengatur dirinya.
Karena dia percaya bahwa rasa bukankah ukuran kebenaran meski daya tariknya sangat menjanjikan. Karena dia mengerti bahwa apa yang disukainya bisa jadi keburukan dan apa yang dibencinya adalah kebaikan. Allah yang maha tahu, sedang dirinya menyadari itu.
Maka hamba yang beriman mempercayakan semuanya kepada ar- Rahman bukan pada penerimaan atau penolakan nafsu, atau manusia sering hanya yang bersepakat dalam kebodohan akut.
Dia bisa meninggi melampaui kenyataan melenakan karena iman mendustakannya atau menikmati kesakitan karena percaya ialah penawar penyakit dari yang maha tahu. Baginya semua keadaan adalah kebaikan belaka selama tahu cara menikmatinya.
Dan alangkah indahnya kehidupan hamba beriman seperti itu!
BANJARMASIN, 25 MEI 2022.