Megawati Melirik Jokowi Saat Bicara soal Kemungkinan Beda Pilihan Politik

(KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri melirikkan matanya ke Presiden Joko Widodo saat keduanya diwawancara sejumlah awak media.

Rabu (8/6/2022) sore, Megawati dan Jokowi sama-sama hadir dalam acara peresmian Masjid At Taufik di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Usai acara tersebut, Mega dan Jokowi berbincang dengan para wartawan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kepada Jokowi, sejumlah pewarta bertanya kemungkinan perbedaan pilihan politik antara dirinya dan Megawati di pemilu mendatang.

Mendengar itu, presiden hanya tersenyum. Dia tak memberikan jawaban tegas.

Ketika itulah, Megawati terlihat melirikkan matanya ke mantan Wali Kota Solo itu.

“Ini tanyanya aneh-aneh saja,” kata Jokowi sambil terus tersenyum.

Jokowi lantas menampik kabar yang menyebutkan hubungannya dengan Megawati renggang. Kepala negara mengaku, dirinya dengan Megawati sudah seperti keluarga, layaknya anak dengan ibu.

“Siapa bilang renggang? Saya dengan Ibu Megawati sudah seperti keluarga besar. Jelas, kan?,” ujar Jokowi.

Kendati begitu, sewajarnya hubungan anak dan ibunya, perbedaan pendapat mungkin saja terjadi.

“Bahwa dalam perjalanan anak kadang ada yang bandel. Ada yang nakal, biasa. Itu wajar. Jangan ditarik ke mana-mana,” tuturnya.

Megawati buka suara

Dalam kesempatan yang sama, Megawati juga angkat bicara soal isu kerenggangan hubungannya dengan Jokowi. Dia menegaskan bahwa dirinya dan Jokowi sudah seperti keluarga.

“Ini ada pak Jokowi, ada Ibu (Iriana Joko Widodo), bahwa dari dulu kami ya dari dulu kekeluargaan,” kata presiden kelima RI itu.

Megawati tak menjawab lebih lanjut pertanyaan awak media terkait ini. Dia justru menceramahi wartawan dan meminta para pewarta tidak menggoreng-goreng isu.

“Kalau mau istilahnya kan goreng-goreng ya itu kan begitulah,” ujarnya.

Putri Presiden pertama RI Soekarno itu juga mengingatkan bahwa wartawan seharusnya memiliki kode etik jurnalistik. Dia bahkan membandingkan wartawan saat ini dengan era Orde Lama.

“Menurut saya, terutama adik-adik, jangan kalah dengan wartawan dulu jaman ayah saya. Meskipun ada perbedaan, tetapi selalu melalui kode etik jurnalistik,” kata Megawati.

Ditegaskan sekjen

Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto pun menegaskan bahwa hubungan Megawati dengan Jokowi baik-baik saja.

Selain hal itu telah ditegaskan Megawati dan Jokowi sendiri, kata Hasto, keduanya kerap mengadakan pertemuan secara berkala.

“Dan presiden sendiri mengatakan hubungannya dengan Ibu Mega kan hubungan batin,” kata Hasto ditemui di Masjid At-Taufiq, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022).

Sebagaimana yang disampaikan presiden, Hasto mengatakan, hubungan Jokowi dan Megawati layaknya ibu dan anak. Hubungan tersebut cukup dalam dan penuh suasana kebatinan.

Sehari sebelum bertemu dalam acara peresmian Masjid At-Taufiq pun, Jokowi dan Megawati sempat berjumpa di Istana Negara, Jakarta.

“Ya sinyalnya baik-baik saja. Tadi kita lihat, kemarin juga pertemuannya berlangsung baik,” ucap Hasto.

Awal mula isu

Kabar kerenggangan Jokowi dan Megawati bermula ketika presiden diisukan memberikan dukungan untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencalonkan diri di Pemilu Presiden 2024.

Spekulasi ini muncul setelah kepala negara berpidato dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Pro Jokowi (Projo) di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022). Pada acara tersebut hadir sejumlah tokoh, salah satunya Ganjar.

Dalam pidatonya, Jokowi bilang, jangan terburu-buru perihal politik 2024. Ia meminta organisasi relawan pendukungnya bersabar, sekalipun mungkin yang mereka dukung hadir di tengah-tengah Rakernas.

“Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini,” kata Jokowi.

Seketika, hadirin bersorak-sorai. Mereka bertepuk tangan, beberapa meneriakkan nama Ganjar Pranowo.

Pernyataan presiden itu pun disinyalir sebagai kode dukungan ke Ganjar.

Sementara, sedari lama internal PDI-P diterpa isu rivalitas dua kader antara Ganjar Pranowo dan putri mahkota partai, Puan Maharani.

PDI-P disebut bimbang. Hendak mendorong pencalonan Puan, tetapi elektabilitas putri Megawati itu mentok di kisaran 1 persen menurut survei berbagai lembaga.

Sementara Ganjar, yang notabene bukan petinggi PDI-P, menjuarai survei elektabilitas karena angkanya tembus 20 persen.

Perbedaan mendasar

Melihat ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa dalam konteks relasi personal memang tidak ada kerenggangan antara Megawati dan Jokowi.

Menurut Umam, Jokowi tidak mungkin melalukan perlawanan politik secara terbuka terhadap Megawati yang telah berjasa mengantarkannya pada tampuk kepemimpinan.

Namun, kerenggangan begitu tampak jika dikontekstualisasikan dengan cara pandang keduanya dalam memproyeksikan kepemimpinan nasional setelah Jokowi turun tahta.

Jokowi, dengan sederet agenda politiknya, cenderung berpihak pada Ganjar. Sementara, Megawati tidak demikian.

“Jelas ada perbedaan mendasar di sana. Di satu sisi, Presiden Jokowi merasa nyaman secara politik untuk mengusung Ganjar Pranowo yang dinilai bisa mengamankan sejumlah agenda program,” kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (8/6/2022).

“Sekaligus menjaga ‘keselamatan’ dirinya, termasuk keselamatan anak dan menantunya, Bobby dan Gibran yang saat ini berada di pemerintahan lokal,” lanjut dosen Universitas Paramadina itu.

Umam berpendapat, Jokowi dan Megawati punya cara pandang yang berbeda terhadap figur Ganjar.

Mungkin saja, oleh sejumlah elite PDI-P sosok Ganjar dinilai terlalu fokus membangun citra diri dan menomorduakan tugas kepartaian.

Selain itu, jika Ganjar maju sebagai capres dan berhasil duduk di kursi RI-1, maka, kepemimpinan trah Soekarno akan terputus.

“Inilah letak perbedaan mendasar antara Jokowi dan Megawati,” kata Umam.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *