Hari Yang Mulia Setelah Ramadan

Hari Yang Mulia Setelah Ramadan
dzulhijjah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah swt, pada bulan Dzulhijjah terdapat kewajiban melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu menunaikannya. Sementara orang yang tidak atau belum mampu, dianjurkan memperbanyak amalan sunah lainnya seperti sedekah, shalat, dan puasa.

Anjuran memperbanyak amal saleh itu termaktub dalam beberapa hadits.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Misalnya hadits riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

Artinya, “Rasulullah saw berkata: Tiada ada hari lain yang disukai Allah swt untuk beribadah seperti sepuluh hari ini. ” (HR At-Tirmidzi).

Hadits di atas menunjukkan beramal apapun di sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangat dianjurkan. Namun kebanyakan ulama menggunakan hadits tersebut sebagai dalil anjuran puasa sembilan hari pada awal Dzulhijjah.

Hal ini terlihat dalam pembuatan judul bab hadits tersebut. Ibnu Majah memberi judul bab hadis di atas dengan “shiyamul ‘asyr” (puasa sepuluh hari).

Sebagaimana ungkapan imam As-Syarwani:

أَفْضَلُ الشُّهُوْرِ لِلصَّوْمِ بَعْدَ رَمَضَانَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ،  ثُمَّ رَجَبَ ثُمَّ الْحِجَّةُ ثُمَّ الْقَعْدَةُ

“Bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadan adalah Al-Asyhur al-Ḥurum. Dan, yang paling utama dari keempatnya adalah bulan Muharam, Rajab, Dzulhijah, kemudian Dzulqa’dah.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan:

واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل

Artinya, “Hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, karena puasa termasuk amal saleh.”

Terkait maksud “ayyamul ‘asyr” ini, An-Nawawi sebagaimana dikutip Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan:

والمراد بالعشر ها هنا الأيام التسعة من أول ذي الحجة

Artinya, “Yang dimaksud sepuluh hari di sini ialah sembilan hari, terhitung dari tanggal satu Dzulhijjah.”

Berdasarkan pendapat An-Nawawi ini, siapapun disunahkan untuk beramal sebanyak-banyaknya di bulan Dzulhijjah khususnya puasa sembilan hari di awal bulan.

Dalam hadits lain, saking penasarannya sahabat tentang keutamaan beramal sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, mereka bertanya kepada Rasul saw, “Apakah jihad juga tidak sebanding dengan beramal pada sepuluh hari tersebut?” Rasul menjawab, “Tidak, kecuali ia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (mati syahid).” (HR Ibnu Majah).

Dengan demikian, Rasul menyetarakan pahala beramal di sepuluh hari Dzulhijjah dan mati syahid. Tetapi karena konteks negara kita bukan peperangan, dalam kondisi aman dan damai, maka tentunya memperbanyak amal di bulan Dzulhijjah, terutama puasa, sangat diutamakan.

Rasulullah SAW memang menganjurkan umatnya untuk banyak beramal saleh pada bulan Dzulhijjah. Sebab pahalanya sebanding dengan orang yang mati syahid di medan perang.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari Sayyidina Abdullah ibn ‘Abbas, Rasulullah bersabda:

“مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ” -يَعْنِي عَشَرَ ذِي الْحِجَّةِ -قَالُوا: وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: “وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلًا خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، ثُمَّ لَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ”

Tiada suatu hari pun yang amal saleh lebih disukai oleh Allah padanya selain dari hari-hari ini. Yakni sepuluh hari pertama dari Bulan Dzulhijjah. Mereka (para sahabat) bertanya, “Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah?” Rasulullah Saw. menjawab: Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah, terkecuali seseorang yang keluar dengan membawa hartanya untuk berjihad di jalan Allah, kemudian tidak pulang selain dari namanya saja.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas r.a bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak ada hari-hari yang amal salehnya paling disukai oleh Allah SWT daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Bertanya para sahabat. ‘Sekalipun jihad fi sabilillah, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Sekalipun jihad fi sabililah, kecuali seorang yang keluar (jihad fi sabilillah) dengan dirinya dan hartanya kemudian tidak kembali.”

Berikut puasa yang disunahkan pada Dzulhijjah:

Pertama, Puasa 1-7 Dzulhijjah. Keutamaan puasa pada tujuh hari pertama Dzulhijah ini pernah disabdakan Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Ibn ‘Abbas r.a

Hari pertama Dzulhijjah adalah hari di mana Allah mengampuni Nabi Adam AS. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu, maka Allah akan mengampuni segala dosanya.

Hari kedua Dzulhijjah ialah hari di mana Allah mengabulkan doa Nabi Yunus AS dengan mengeluarkannya dari mulut ikan. Siapa yang berpuasa pada hari itu seakan-akan dia telah beribadah selama setahun penuh tanpa disertai kemaksiatan sekejap mata sekalipun.

Hari ketiga ialah hari dikabulkannya doa Nabi Zakaria AS. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu, Allah akan mengabulkan doanya.

Hari keempat ialah hari kelahiran Nabi Isa AS. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu, akan diselamatkan dari kesengsaraan dan kemiskinan.

Hari kelima ialah hari kelahiran Nabi Musa AS. Barangsiapa yang berpuasa pada hari itu, akan terbebas dari kemunfikan dan siksa kubur.

Hari keenam ialah hari Allah membuka pintu kebajikan bagi para Nabi-Nya. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu, Allah akan memandangnya dengan pandangan rahmat dan tidak akan disisihkan.

Hari ketujuh ialah hari ditutupnya pintu-pintu jahanam dan tidak akan dibuka kembali sebelum hari yang kesepuluh. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu, Allah akan menutup 30 pintu kesusahannya dan kesukaran serta membuka 30 pintu kesenangan dan kemudahan.

Hari kedelapan, Puasa Tarwiyah. Pelaksanaannya pada hari kedelapan Dzulhijjah. Masih mengutip sabda Rasulullah sebelumnya, barang siapa yang melaksanakan puasa ini, besaran pahalanya hanya diketahui oleh Allah SWT.

“Puasa Tarwiyah dan ‘Arafah merupakan puasa untuk memperingati kisah ketaatan Nabi Ibrahim AS saat beliau bermimpi menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS,”

Hari kesembilan, Puasa Arafah. Puasa yang dilaksanakan pada hari kesembilan Dzulhijjah ini disunahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. “Puasa hari Arafah itu menghapus dosa-dosa dua tahun; setahun yang silam dan setahun yang akan datang, dan puasa hari Asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim).

Semoga bermanfaat dan berkah, menambah semangat kita dalam beribadah

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *