Menjawab pertanyaan sejauh apa kita boleh melaknat orang yang jelas-jelas amat dzalim terhadap makhluq ciptaan Allah. Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menolong yang didzalimi dan berbuat dzalim. Menolong orang yang didzalimi tentu sudah jelas. Menolong orang yang berbuat dzalim adalah mencegah mereka untuk tidak melakukannya. Kita tidak diperintah untuk hanya mampu melaknat mereka saja, tapi harus mengandung unsur tausiyah, memberikan nasehat kepada mereka itu, agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Menjawab pertanyaan apakah sabar itu adalah diam saja pada kebatilan atau kerusakan yang dilakukan oleh pemimpin? Tidak begitu. Sabar bukan diam, tapi sabar dalam berdakwah dama mengingatkan mereka. Melakukan kebaikan dalam mengingatkan mereka tidak hanya sekali, tapi berkali-kali dan dilakukan secara sabar. Kita diperintah untuk mencegah kebatilan atau kemungkaran dengan cara yang baik. Allah SWT akan bersama dengan orang-orang sabar. Kita harus percaya hal itu.
Bagaimana mengubah cara pandang masyarakat agar paham tentang politik islam dan pentingnya membangun perdaban yang islami? Kita perlu terus melakukan kajian dan mempraktikkan politik islam yang baik, bukan politik uang, bukan politik fitnah dan adu domba. Politik yang islami bukan politik kotor, tapi politik untuk kemaslahatan ummat, yang bervisi besar untuk pembangunan peradaban bangsa.
Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin