Nikmat dan Syukur, Takdir dan Usaha

Nikmat dan Syukur
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Meskipun setiap hari anda sholat, puasa, zakat, atau aneka jenis ritual telah anda lakukan, namun dalam menerima pemberian Allah tidak ada rasa gembira, tidak ada rasa syukur, tidak ada sabar, maka koreksilah diri, lakukan muhasabah secepatnya. Kenapa syukur dan sabar belum Allah berikan.

Jangan mengikuti jalan orang yang dimurkai, yakni jalannya iblis. Iblis yang paling durhaka, paling pembangkang terhadap Allah, paling dilaknat Allah, adalah Iblis yang membuat pembenaran atas tindakannya sendiri, dengan menyalahkan takdir Allah. Yakni dengan mengatakan; semua yang menimpa dirinya tiada lain karena Allah yang menghendaki, dan tidak mungkin ia bisa melawan kehendak Allah”. Ini suatu tuduhan dari orang yang tidak memahami maksud pemberian Allah bagi dirinya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Orang yang menjadikan hujjah iblis ini sebagai rujukan, akan jatuh dalam sikap Fatalisme. Ia telah menjadikan sepotong dari ayat pada surah Yunus 107 diatas sebagai justifikasi atas hujjahnya. Dan tidak memperhatikan bahwa ayat diatas diakhiri dengan peringatan akan sifat Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Kemunculan sifat Allah pada ayat ini, mesti dipahami bahwa ujian (suka ataupun duka), kesenangan, bencana, atau musibah adalah tanda kasih sayang Allah agar hamba-Nya yang tersesat, jauh dari jalan yang lurus, tidak syukur atas nikmat, merasa bangga dengan pencapaiannya sendiri, senantiasa menuruti keinginannya sendiri, ingkar atas nikmat pemberian Allah, supaya segera memohon ampunan-Nya.

Nikmat pemberian Allah itu, dengan demikian akan diterima oleh seorang hamba dengan terlebih dahulu memohon ampunan-Nya, beristighfar kepada-Nya, jangan sampai apa yang diterima itu adalah ujian, apa yang diterima bukanlah untuk dirinya, tapi sebenarnya titipan bagi orang lain melalui dirinya dan seterusnya.

Dengan melazimkan sikap seperti ini dalam menerima nikmat pemberian Allah, maka seorang hamba akan senantiasa ingat kepada Allah, serta hak dan kewajibannya kepada sesama makhluk Allah. Sehingga dirinya, bukan hanya akan jadi penerima nikmat dari Allah, namun juga akan menjadi wasilah bagi Allah dalam memberikan nikmat-Nya kepada orang lain, atau makhluk Allah yang lain. Jika hal itu telah tercapai, bahkan dirinya sendiri pun sesungguhnya telah berubah menjadi nikmat Allah itu sendiri.

Jika diri telah berubah menjadi nikmat Allah itu sendiri, maka “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak mampu menghitungnya” (QS. Ibrahim (14) 34).

Bagaimana kita mampu menghitung nikmat-Nya? Sementara seluruh instrumen dalam diri kita ini, tiada lain adalah nikmat pemberian-Nya.

Berbagai usaha yang di lakukan dengan demikian adalah bagian dari syukur atas nikmat pemberian Allah. Mereka yang tidak berusaha berarti tidak mensyukuri nikmat pemberian Allah atas dirinya. Namun demikian perlu ditegaskan bahwa usaha yang dilakukan seorang mukmin adalah usaha yang berada dalam tuntutan syariat Islam. Diluar dari apa yang dituntunkan syariat, bukan usaha namanya, tapi fahsya (perbuatan jahat).

Semoga Allah SWT senantiasa menolong kita untuk menerima segala ketetapan-Nya dengan gembira, dengan senang hati, penuh syukur atas segala keadaan. Bersabar menunggu ketetapan terbaik yang Allah akan berikan kepada kita semua.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *