Kisah Sufi Yunus Putra Adam: Makanan dari Surga

Yunus Putra Adam: Makanan dari Surga
Yunus Putra Adam: Makanan dari Surga. Foto: ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dari batu itu, Yunus melihat bahwa benteng dijaga oleh segerombol raksasa, tak tampak namun mengerikan, yang menghantam siapa saja yang mendekat. Jin-jin pengawal yang unggul atas tugas ini berhasil menyingkirkan raksasa-raksasa itu. Kemudian, ia menemukan bahwa ada semacam jaring tak kelihatan yang membungkus seluruh benteng itu. Ini pun dihancurkan oleh para jin yang terbang dan mempunyai kecerdikan khusus untuk merobek jaring itu. Rintangan terakhir berupa batu besar tak tampak, yang memenuhi ruang antara benteng dan tepi sungai. Para jin menyingkirkannya, lalu sesudah itu menghabarkan salam dan terbang pergi laksana kilat, kembali ke asal mereka.

Yunus menoleh dan menyaksikan sebuah jembatan, dengan sendirinya, muncul dari dasar sungai, dan ia berjalan memasuki benteng tanpa perlu berbasah kaki. Seorang pengawal gerbang segera membawanya kepada putri, yang sungguh jauh lebih mempesona dibandingkan kali pertama terlihat oleh Yunus.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kami sangat berterima kasih pada Tuan karena Tuan telah menghancurkan rintangan-rintangan yang melingkupi benteng ini,” kata putri itu, “dan aku kini bisa kembali kepada ayahandaku dan ingin sekali memberikan hadiah atas kepahlawanan Tuan. Mintalah apa saja yang Tuan mau, niscaya akan dikabulkan.”

“Mutiara tanpa banding,” sahut Yunus, “hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran. Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba.”

“Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan.”

“Baiklah, Yang Mulia, bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan, yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?”

Yunus, putra Adam,” jawab putri itu, “halwa; itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu.”

“Akhirnya aku paham,” kata Yunus, “bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga.”

Hanya ada sedikit kisah Sufi, menurut Halqavi (pengarang kisah ini) yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi ‘kesadaran batin’ secara konstruktif.

“Hampir semua yang lain,” katanya, “tergantung pada di mana, kapan, dan bagaimana kisah-kisah itu dipelajari. Dengan begitu, kebanyakan orang hanya akan menemukan di dalamnya apa yang mereka harapkan: hiburan, teka-teki, dan alegori.”

Idries Shah dalam bukunya berjudul “Tales of The Dervishes” yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi “Harta Karun dari Timur Tengah – Kisah Bijak Para Sufi” menjelaskan Yunus, putra Adam, adalah orang Suria, meninggal tahun 1670. Ia adalah seorang penemu dan mempunyai ketrampilan penyembuhan yang luar biasa.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *