Ulama Yang dijuluki Si Tuli

Ulama Yang dijuluki Si Tuli
Ulama Yang dijuluki Si Tuli
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Hajinews.id – Sosok yang kita bicarakan ini adalah ulama generasi tabi’ut tabi’in yang begitu banyak dinukil nasehat-nasehat indah nan menggugah darinya. Hampir bisa dipastikan, jika kita membaca kumpulan nasehat dari para ulama, selalu ada “quote” terselip yang merupakan untaian nasehatnya. Karena itulah kemudian ulama ini digelari :

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

‌لقمان ‌هذه ‌الأمة

“Lukmanul Hakimnya umat ini…”[1]

Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, namun lebih dikenal dengan sebutan imam Hatim al Asham yang artinya Hatim si tuli.

Mengapa beliau sampai dilabeli dengan sebutan tuli ? Apakah memang pendengaran beliau terganggu sehingga dijuluki seperti itu ? Kan tidak sopan menyebut orang tuli meskipun ia tuli beneran apalagi seorang ulama ?

Tidak, julukan itu tidak ada kaitannya dengan fungsi pendengaran beliau, sang imam memiliki pendengaran yang normal bahkan cenderung tajam, adapun julukan tuli ini ada kisah yang melatar belakangi.

Dikisahkan bahwa pernah ada seorang wanita datang kepada beliau untuk bertanya tentang sebuah hukum. Namun pada saat wanita tersebut tengah mengutarakan pertanyaan kepada imam Hatim, entah karena sedang tidak enak perut, tiba-tiba ia kentut.

Bisa kita bayangkan bagaimana rasa malu yang begitu hebat membebani wanita ini. Seketika ia terdiam tidak bisa meneruskan kata-katanya. Sejenak suasana hening. Tiba-tiba imam Hatim berkata, “Bicaralah aku tidak mendengar ucapanmu.”

Wanita ini berbicara dengan nada gamang karena beban malu yang ia tanggung. Namun baru beberapa kalimat, imam Hatim kembali menyela, “angkat suaramu aku tidak bisa mendengar ucapanmu.”

Dan uniknya, ketika wanita ini mulai mengeraskan suara. Tak lama imam Hatim menyela untuk menambah lagi volume suaranya. Ini terjadi berkali-kali, hingga wanita tersebut mengira bahwa imam Hatim ini terganggu pendengarannya.

Perasaannya pun berangsur-angsur membaik dan ia bersyukur karena imam Hatim ternyata tidak mendengar suara saat ia buang angin. Terbukti suara yang lebih keras saja, ia masih meminta untuk dikeraskan lagi.

Singkat cerita, setelah lewat cara berbicara yang setengah teriak-teriak, akhirnya wanita tersebut bisa keluar dari rumah imam Hatim dengan membawa jawaban fatwa atas persoalannya. Wanita ini dengan pedenya pergi dan mengira bahwa bunyi kentutnya memang tidak didengar oleh imam Hatim.

Padahal tentu saja imam Hatim mendengarnya. Bahkan bisa jadi juga mencium baunya. Tapi beliau memilih berlagak tuli demi untuk tidak membuat malu seorang wanita tersebut.

Sebagian riwayat menyebutkan bahwa hampir lima belas tahun lamanya beliau menutup rapat-rapat masalah itu hingga wanita itu meninggal.[2]

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *