Mengerikan! Politikus Muslim India Ditembak Mati Saat Siaran Langsung Televisi

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Mantan anggota parlemen India, Atiq Ahmed dan saudara laki-lakinya, Ashraf Ahmed ditembak mati saat siaran langsung televisi di kota Prayagraj, negara bagian Uttar Pradesh pada Sabtu.

Atiq dan Ashraf merupakan terdakwa kasus penculikan dan ditembak saat dalam penahanan polisi. Kasus penembakan ini memunculkan pertanyaan soal supremasi hukum di negara bagian tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dilansir Aljazeera, pria bersenjata menyamar sebagai jurnalis dan mengeluarkan tembakan beberapa kali ke Atiq dan Ashraf, yang merupakan mantan legislator di negara bagian Uttar Pradesh. Penembakan terjadi ketika kedua bersaudara itu dibawa ke rumah sakit oleh polisi dengan tangan diborgol untuk pemeriksaan kesehatan.

Tiga pelaku penembakan langsung menyerahkan diri ke polisi, di mana salah satu pelaku meneriakkan “Jai Shri Ram” atau “Terpujilah Dewa Rama”, slogan yang kerap diteriakkan para Hindu nasionalis atau sayap kanan dalam kampanye mereka melawan Muslim.

Dua korban merupakan minoritas Muslim di India. Polisi tidak menyampaikan apakah mereka akan menyelidiki kemungkinan motif sektarian dalam pembunuhan ini.

Anggota polisi, Ramit Sharma menyampaikan kepada The Associated Press (AP), ketiga pelaku tiba dengan sepeda motor dan menyamar sebagai jurnalis.

“Mereka berusaha mendekati Atiq dan saudaranya dengan dalih merekam dan menembak mereka dari jarak dekat,” jelas Ramit.

“Keduanya mengalami luka tembak di kepala,” tambahnya.

“Semua terjadi dalam hitungan detik.”

Polisi mengidentifikasi pelaku bernama Lavlesh Tiwari, Arun Maurya, dan Sunny Singh.

Bulan lalu, Atiq Ahmed mengatakan dalam sebuah petisi ke pengadilan tinggi India, hidupnya dalam ancaman polisi di negara bagian Uttar Pradesh yang dikuasai politikus dari Partai Bharatiya Janata (BJP).

Kuasa hukum Atiq, Vijay Mishra mengatakan penembakan tersebut mengejutkan karena menjadi kegagalan nyata polisi dalam memastikan keselamatan kliennya.

 

Kejadiannya kurang dari satu menit

Dalam video yang direkam pada Sabtu malam, bos mafia yang menjadi politikus, Atiq Ahmed baru saja keluar dari pintu belakang mobil jip polisi di dekat sebuah rumah sakit di Kota Prayagraj atau Allahabad.

Ahmed bersama saudaranya, Ashraf, sedang dibantu seorang polisi dan keluar dari mobil. Kakak-beradik itu digiring dengan borgol di tangan.

Saat mereka mulai berjalan yang dikawal ketat sekelompok polisi, jurnalis dari TV setempat mulai mengepung mereka – di antaranya adalah orang-orang bersenjata yang berpura-pura menjadi wartawan.

Tiba-tiba, moncong pistol mendekati kepala Ahmed. Pelatuk ditarik dan pistol meletus. Sorban putih terlepas dari kepalanya, bersamaan tubuhnya yang ambruk ke tanah. Sesaat kemudian, saudaranya Ashraf juga ikut ditembak.

Dua pria bersenjata, dan seorang lainnya langsung menyerahkan diri ke petugas kepolisian.

Pemerintah negara bagian Uttar Pradesh memerintahkan penyelidikan, tapi pembunuhan yang ‘berani’ pada Sabtu malam itu, telah memicu kritik dari kalangan politisi di pusat maupun daerah. Menurut mereka kejadian ini menunjukkan hukum dan ketertiban telah diterabas.

Pengacara sekaligus politikus, Kapil Sibal, mengatakan terdapat “dua pembunuhan” di Uttar Pradesh – “pertama adalah Atiq dan saudaranya, Ashraf. Kedua adalah hukum yang berlaku”.

Vikram Singh, mantan direktur jenderal kepolisian negara bagian Uttar Pradesh mengatakan kepada BBC bahwa pembunuhan Ahmed tidak dapat diterima. “Mati di tahanan sudah cukup buruk, mati dibunuh lebih buruk lagi,” katanya.

Ahmed bisa dikatakan sebagai sosok yang melampaui kontroversial.

Pria 60 tahun ini lahir dari keluarga miskin di Prayagraj, dan putus sekolah. Tapi selama bertahun-tahun, ia berhasil menumpuk pundi-pundi kekayaan yang sangat besar, menikmati perlindungan dan kekuasaan politik. Ia kemudian memiliki pengaruh besar di kota kelahiran dan sekitarnya.

Semua berawal dari 1989, saat dia terpilih sebagai anggota legislator majelis negara bagian dari kota sebanyak lima kali. Ia juga terpilih menjadi anggota parlemen dari daerah pemilihan Phulpur pada 2004.

Mantan petinggi kepolisian negara bagian Uttar Pradesh, Vikram Singh menggambarkan diri Ahmed semacam “Robin Hood, tipe karakter Dr Jekyll dan Mr Hyde” yang “menghabiskan banyak uang untuk membantu orang-orang miskin – membiayai pernikahan, membagikan uang selama perayaan Idul Fitri, dan menolong perempuan miskin untuk membeli seragam sekolah dan buku untuk anak-anak mereka.”

Tapi pencitraan tersebut ambruk, setelah Ahmed diduga melakukan penculikan, pembunuhan, penyiksaan, dan perampasan lahan.

Ahmed dilaporkan pada lebih dari 100 kasus berbeda, dan dia disebut terlibat dalam banyak kasus lainnya, “tapi para korbannya terlalu takut untuk mengajukan pengaduan”, tambah Singh.

Lebih dari dua dekade, Ahmad kebal hukuman. Dia mengatur pengaruhnya dari balik layar di Uttar Pradesh, dan memastikan semua anak buahnya terlindungi.

Tapi setelah Partai Samajwadi cabang Uttar Pradesh memutus hubungan dengannya, dan Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata berkuasa, pengaruh Ahmed mulai berkurang.

Dia baru ditangkap atas tuduhan penyerangan pada 2017, dan kemudian dipindahkan ke penjara di negara bagian barat Gujarat.

Kasus terbaru tentang Ahmed dimulai pada Februari, ketika sebuah rekaman video menunjukkan sekelompok orang membunuh Umesh Pal. Ia adalah saksi kunci pembunuhan anggota parlemen dari Partai Bahujan Samaj, Raju Pal pada 2005. Ahmed bersaudara diduga terlibat dalam kasus pembunuhan ini.

Pembunuhan yang terekam video ini memicu rangkaian peristiwa terhadap Ahmed dan keluarganya. Sejumlah anggota keluarga dan pendukungnya tewas, istrinya menjadi buronan, dua putranya dipenjara, dan dua anaknya yang masih kecil berada dalam rumah perlindungan pemerintah.

Ahmed dibawa ke Prayagraj untuk menghadapi dakwaan dalam kasus ini setelah Mahkamah Agung India akhir bulan lalu menolak petisinya yang berisi ada ancaman pembunuhan terhadap dirinya, dari polisi. Saudaranya juga dibawa ke kota, dari penjara di distrik lain di negara bagian itu.

Pada Kamis, putranya yang berusia 19 tahun, Asad, dan ajudannya dibunuh oleh polisi dalam apa yang disebut – pertempuran – dengan tuduhan bahwa mereka ditembak mati dalam eksekusi yang direncanakan.

Setelah pembunuhan Ahmed, banyak bagian wilayah Prayagraj menjadi kota mati pada Minggu pagi. Pusat perbelanjaan di kota tua ini – biasanya sibuk dengan aktivitas jelang perayaan Idul Fitri – nampak sepi.

Kendaraan polisi dan petugas disebar hampir di seluruh sudut jalan. Layanan internet melambat di hampir semua bagian wilayah. Dan penduduk setempat enggan untuk bicara pada media, atau mengatakan apa pun mengenai kasus pembunuhan itu.

Seorang pria Muslim 40 tahun yang enggan disebutkan namanya, mengatakan kepada BBC bahwa warga terkejut dengan peristiwa tersebut.

“Bagaimana mungkin seseorang bisa dibunuh di depan media dan polisi? Dia memang seorang tahanan kriminal, saya setuju. Di sisi lain bukan berarti dia bisa ditembak seperti itu. Bagaimana dengan aturan hukum?” ia bertanya-tanya.

“Banyak dari kami bertanya-tanya, apakah dia dibunuh karena dia Muslim. Saya tidak tahu apakah itu benar, tapi insiden ini telah membuat ketakutan di seluruh kota. Kami layak mendapat yang lebih baik.”

Namun, Kepala Kuil Hanumangadhi Ayodhya mengatakan, bahwa insiden ini semestinya tidak dilihat dari kacamata sektarian.

“Kejahatan itu tak punya agama atau kasta. Saya mengimbau kepada semua politisi untuk tidak melihatnya dari kacamata Hindu-Muslim,” katanya sambil menambahkan bahwa “itu adalah insiden yang disesalkan dan menimbulkan pertanyaan mengenai situasi hukum dan ketertiban di negara bagian”.

“Masih banyak mafia di negara ini. Tapi mereka tidak semestinya dibunuh seperti ini, mereka harusnya ditahan dalam penjara, agar mereka bisa menyadari dosa-dosanya.”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *