Sontak rakyat terbengong dan berpikir seakan tidak ada hari lain yang lebih baik hanya sekadar urusan partai.
Rakyat merasa bahwa elit politik tidak lagi peduli dengan suasana khusuk ibadah yang notabene negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.Idul Fitri adalah hari raya keagamaan internasional alias seluruh umat Islam sedunia merayakan maka seyogyanya kita semua harus menghormatinya. Libur Lebaran berlalu dan kita coba singkap peristiwa deklarasi bacapres PDIP di Istana Batu Tulis, Kota Bogor.
Peristiwa yang seakan mendadak sehingga Presiden Jokowi yang baru beberapa saat tiba di Solo harus secepatnya kembali ke Jakarta untuk ke Bogor, menghadiri hajatan partai tersebut.
Prosesi deklarasi bacapres PDI Perjuangan tentunya diliput berbagai media televisi dan cetak.
Ada hal yang menarik dari liputan televisi terhadap Presiden Jokowi yaitu wajah dan gestur presiden tidak tampak gembira bahkan seperti ada beban atau mungkin kecapaian. Hal ini diulas beberapa pengamat dengan berbagai argumen dan kesan.
Satu hari setelah deklarasi bacapres tersebut, kita melihat di hari pertama Idul Fitri kunjungan silaturahmi Pak Prabowo Subianto kepada Presiden Jokowi di Solo.
Pak Prabowo satu-satunya tamu yang diterima Pak Jokowi di hari pertama Lebaran. Sungguh sangat spesial Pak Prabowo di mata Presiden.
Dalam kunjungan Pak Prabowo suasana yang terlihat sangat berbeda, sambutan Presiden Jokowi dan keluarga begitu penuh kehangatan dan keakraban kepada Pak Prabowo yang didampingi putranya.
Suasana penuh senyum dan keikhlasan terlihat di antara kedua keluarga yang telah cukup lama saling mengenal bahkan Mas Kaesang putra Presiden Jokowi melayani menuangkan nasi di piring Pak Prabowo sehingga viral di medsos.
Dua kejadian kontras ini terlihat nyata di mata rakyat sehingga para tokoh elite politik dan media ramai mengulas suasana yang sangat kontras tersebut.
Semua saling adu tafsir dan dugaan apa yang sebenarnya dirasakan oleh Pak Jokowi khususnya.