Catatan Atas Pidato Anies: Menunggu Patriotisme Relawan

Menunggu Patriotisme Relawan
Anies baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan, Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan.

Hajinews.id – Kemarin pada Pidato Kebangsaan memperingati Milad ke-21 PKS dan tepat pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, Anies Baswedan sudah mengetengahkan proposisi apakah kita akan terus menuju negara gagal atau kita bangkit.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Anies, ancaman negara gagal itu riil di Indonesia. Sebab, mengutip buku “Why Nations Fail? ” karya Acemoglu dan James Robinson, 2012, menurut dia, negara gagal terjadi ketika institusi negara digunakan untuk menekan rakyatnya dan mengambil kekayaan alamnya untuk segelintir elite berkuasa.

Negara gagal merupakan situasi hilangnya kemampuan dan kapasitas negara mengurus rakyat. Indikasinya adalah utang yang sangat besar, rakyat miskin, pembelahan sosial yang dalam, adanya ketimpangan sosial tinggi, dan kekerasan politik terjadi cukup sering. Buku ini melakukan pendekatan institusional pada kajian negara gagal.

Pada 21 Mei 2023,  dalam pertemuan relawan dan sekaligus refleksi 25 tahun Reformasi, Anies memperdalam isu negara gagal tersebut dengan mengetengahkan bahwa institusi mafia telah masuk menggantikan peranan negara kita, dan itu, meskipun perlahan, semakin meningkat saat ini.

Merujuk perumpamaan katak dalam air (boiling grog), Anies memberitahu strategi mafia dan respons kita terhadap mereka. Katak akan mati jika masuk ke air yang dipanaskan perlahan, namun melompat jika airnya langsung mendidih. Mafia itu strateginya bergerak pelan-pelan dalam menguasai negara, sehingga kita kurang sadar. Bangsa Indonesia harus segera sadar sebelum hancur di genggaman mereka.

Saat ini memang kondisi Indonesia tidak baik-baik saja. Kemiskinan kita, merujuk versi yang disarankan Bank Dunia terbaru, mencapai 40% atau lebih seratus juta penduduk. Diantaranya ada yang busung lapar dan kemiskinan parah.

Pengangguran. Kemampuan negara menciptakan lapangan kerja per 1% pertumbuhan semakin kecil, hanya sekitar 300 ribu naker. Upah minimum terus buruk. Rerata upah di Jawa Tengah, misalnya, setara dengan 6 kg beras perhari, jika memperhatikan UMP terbaru. Ini seperti era kolonial, buruh tani mendapatkan 6 kg beras perhari. Pada saat bersamaan, pertumbuhan ekonomi dinikmati mayoritas orang-orang kaya. Ketimpangan sosial semakin menganga.

Kondisi seperti ini di zaman kolonial terjadi karena korporasi asing, VOC dll., menghisap kekayaan kita. Saat ini penghisapnya adalah oligarki dan mafia-mafia itu. Ada mafia gula, mafia beras, mafia kedelai, mafia hukum, dll. Mafia pangan, dulu sering disorot sebagai “seven samurai”.

Pada saat Indonesia, misalnya, menjadi produsen terbesar minyak goreng, kita menyaksikan sendiri rakyat miskin mengular antre minyak goreng dan harga tinggi. Begitu juga BBM, yang harganya di luar kewajaran untuk dibayarkan rakyat miskin. Banyak contoh lain dalam kontradiksi yang ada saat ini.

Anies dan Perang Semesta

Dalam pidatonya, dari dua acara di atas, Anies sudah mencanangkan perang. Perang artinya Anies memperlihatkan perlawanan pada  kelompok-kelompok yang ingin menjadikan negara sebagai alat untuk dirinya dan kelompoknya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *