Kasus Stroke Di Indonesia Semakin Meningkat Setiap Tahunnya, Dokter di RS Soetomo Membeberkan Alasannya

Kasus Stroke Di Indonesia Semakin Meningkat
Dr. Nur Setiawan Suroto Ahli Bedah Saraf
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI) mengumumkan hingga 2,91 juta penduduk Indonesia menderita stroke setiap tahunnya, yaitu 10,9 kasus per seribu penduduk Indonesia.

Diperlukan penanganan khusus untuk mengurangi resiko kegagalan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dr.  Nur Setiawan Suroto Ahli Bedah Saraf menjelaskan bahwa kejadian stroke di Indonesia terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup.

Untuk mengenali gejala awal stroke, penting untuk memahami beberapa hal menggunakan metode FAST, yaitu Face (wajah), Arm (lengan), Speech (bicara), dan Time (waktu).

“Istilah ‘Face’ merujuk pada simetri wajah. Jika terdapat ketidaksimetrian pada wajah, perlu dicurigai adanya stroke. Kemudian, ‘Arm’ merujuk pada kelemahan pada satu sisi tubuh, jika terdapat kelemahan pada satu sisi, perlu dicurigai adanya stroke. ujar dr. Nur Setiawan Suroto saat ditemui SURYA.co.id, di Gedung Infeksius RSUD Dr. Seotomo Surabaya, Sabtu (27/5/2023).

” ‘S’ pada ‘Speech’ merujuk pada kelancaran bicara. Apakah bicara terganggu atau tidak. ‘T’ pada ‘Time’ merujuk pada waktu. Setelah tanda-tanda telah diketahui, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit,” imbuhnya.

Penanganan stroke di unit gawat darurat (IGD) saat ini menjadi fokus perhatian pemerintah.

Dalam penanganan stroke di IGD, kecepatan dan ketepatan merupakan hal yang penting.

“Seringkali, pasien yang datang ke IGD tidak dianggap sebagai prioritas. Ini berarti jika keadaan sudah parah, pengobatan menjadi biasa-biasa saja,” ujar dr. Nur Setiawan Suroto.

Sayangnya, tidak banyak dokter umum yang mengetahui cara penanganan yang tepat untuk pasien stroke di IGD.

Menyikapi kondisi tersebut, Ketua PERSPEBSI, dr. Agus Chairul Anab, mengadakan Pelatihan Skill Manajemen untuk Tangani Pasien Neuro Emergency di RSUD Dr. Soetomo pada hari Sabtu (27/5/2023).

Pelatihan ini ditujukan untuk tenaga kesehatan, khususnya dokter umum yang biasanya bekerja di IGD.

Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif dalam penanganan kasus-kasus tersebut.

Selain itu, hingga saat ini belum ada pelatihan standar untuk menangani kasus neuroemergency di Indonesia.

“Pelatihan ini dirancang secara komprehensif, terstandar, dan melibatkan tenaga ahli dari berbagai bidang. Terdapat lima spesialis yang terlibat dalam Pelatihan Skill Manajemen untuk Tangani Pasien Neuro Emergency, yaitu spesialis bedah saraf, spesialis syaraf, spesialis radiologi, spesialis anestesi, dan spesialis neurologi anak,” pungkas dr. Agus Chairul Anab.

Sumber: tribun

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *