Disway: Pelangi Kesepian

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Di kebun itu, di dekat kolam lele, saya bertanya banyak hal soal Zulfani. Juga soal istri pertama Zul yang dikawini ketika Zul masih mahasiswa. Itu pacar Zul sejak SMP, bahkan SD.

Ketika Covid melanda dan Zul tidak punya pekerjaan lagi mereka bercerai. Punya anak satu. Tidak ikut ibu dan tidak ikut ayah. Dia ikut Harmanto di rumah kebun itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bahwa belakangan Zul kawin lagi untuk kali ketiga, Hermanto tidak tahu. Tidak diberi tahu. Akhirnya ia mendengar: baru nikah siri. Baru sebulan lalu.

Istri ketiga itulah yang kini juga ditahan dengan tuduhan menipu hidung belang (Lihat Disway kemarin).

Saya pun pamit. Harus segera ke bandara. Hermanto terus minta agar saya mau mampir dulu masuk rumah. Saya ikuti permintaannya. Dari kolam lele lewat samping rumah. Banyak bak semen yang kosong. Bak-bak itu aslinya untuk memelihara ikan hias. Untuk dijual.

Ini tipe rumah kampung zaman belakangan. Dibangun sekitar 20 tahun lalu. Ruang tamunya hanya cukup untuk satu set sofa lama yang berimpitan. Saya bersalaman dengan istrinya. Lalu bermain toast dengan anak perempuan 6 tahun itu.

Di dinding sebelah tempat saya duduk banyak foto digantung. Itulah foto-foto Zul saat diwisuda sebagai sarjana sinematografi IKJ Jakarta. Terlihat Hermanto dan istri ikut menghadiri wisuda itu.

Di dinding di seberang saya, terpasang poster film Laskar Pelangi yang sudah dipigura. Sudah mulai dimakan zaman. Zul berada paling depan di deretan bintang film di poster itu. Saya ajak Hermanto berfoto di depannya.

Sepulang dari Jakarta Zul tinggal di rumah itu. Ia belum punya rumah sendiri. Belum punya mobil. Ia punya sepeda motor bebek warna merah. Berarti ada dua sepeda motor di rumah itu.

Selama tidak ada pekerjaan Zul ikut mencangkul di kebun. “Membantu ayah,” ujar Zul ketika dilarang ayahnya ikut mencangkul. Zul, katanya, juga sempat jadi pembantu tukang batu. Termasuk jadi tukang cat.

Zul telah lama membuat bangga seluruh orang Belitong. Kini ia sendirian di dalam kamar tahanan. Ayahnya juga sendirian berjuang untuk salah satu dari empat anaknya itu.

Zul lagi bertransformasi dari keramaian ke kesepian. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *