Kultum 189: Tidak Ada Hubungan Jodoh dengan Weton

Tidak Ada Hubungan Jodoh dengan Weton
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Bagi telinga kaum awam dan aboge, mungkin bantahan ini akan terdengar kasar. Tapi perlu diingat bahwa kalau kepercayaan yang salah itu terus dibiarkan, bukan saja akan membuat generasi kita jumud dan tergerus tauhidnya, tapi juga akan menyebabkan lemahnya iman mereka. Karena itu, perlu diingatkan bahwa islam tidak pernah mengajarkan model pitungan weton untuk meramalkan masa depan seseorang.

Semua makhluk, utamanya manusia, pasti dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya, semua manusia memiliki tempat lahir dan tanggal lahir. Di dalam agama Islam juga tidak pernah ada aturan yang mengajarkan hubungan antara tempat dan tanggal lahir dengan taqdir yang akan dialami seseorang.

Seharusnya manusia melihat kenyataan bahwa betapa banyak pasangan yang wetonnya tidak selaras, tapi rumah tangganya nyaman sampai tua. Sebaliknya, juga tidak sedikit pasangan yang wetonnya selaras dan diselaraskan, tapi rumah tangganya hanya seumur jagung. Karena itu, jika kita meyakini adanya hubungan weton dengan jodoh, hakekatnya kita hanya meyakini sebuah khayalan dusta; sudah khayal-dusta lagi.

Memang kalau sudah melibatkan tradisi, permasalahan tidak hanya berhenti sampai di sini. Banyak sekali konsekuensi negatif ketika seseorang mempertahankan keyakinan ini. Sementara kita mengimani Allah Maha Adil dan mengharamkan kedzaliman, manusia tertentu justru mendzalimi Allah. Allah berfirman,

وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ

Arinya:

Allah tidak menghendaki kedzaliman bagi seluruh alam (QS. Ali Imran, ayat 108).

Perhatikanlah bahwa kota atau desa tempat kita lahir dan kapan kita lahir, semuanya di luar kehendak kita atau bayi yang dilahirkan. Tentu saja jika terjadi kesialan, kedzaliman, ataupun keberuntungan yang Allah tentukan pada tanggal kelahiran, itu semua adalah kehendak Allah. Allah memang Maha Menghendaki “innallaha ya’lamu maa yuriid”: Allah tahu apa yang dikehendaki-Nya.

Namun jika kita berkeyakinan bahwa weton XXX harus berjodoh dengan YYY, maka keyakinan semacam ini hakekatnya kita berbicara atas nama Allah tanpa dalil. Bukankah kalender itu buatan manusia. Bukankah nama kota dan daerah juga buatan manusia?

Jadi, jika kita menghubungkan antara tanggal lahir dan daerah kelahiran dengan takdir Allah, maka sejatinya kita mengkaitkan buatan ‘kita manusia’ dengan kehendak Allah. Yang demikian itu artinya kita berbicara atas nama Allah tanpa dalil. Bukankah ini namanya ‘mensejajarkan’ kita manusia dengan Allah yang menciptakan kita?

Khusus dalam hal menganggap kesialan pasangan berumah tangga itu disebabkan karena salah weton, atau mungkin salah daerah asal. Inilah yang disebut ‘thiyarah’, yakni menganggap kesialan itu dari sesuatu selain kehendak Allah. Justru thiyarah inilah yang harus dilenyapkan karena termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa yang disampaikan syaithan berupa godaan dan bisikannya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *