Kultum 194: Bisakah Manusia Melihat Jin?

Bisakah Manusia Melihat Jin?
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Sebagai salah satu makhluk Allah, jin juga diciptakan untuk beribadah Sang Khaliq layaknya manusia. Di samping diutus untuk manusia seluruh alam, Muhammad Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga diutus untuk menyampaikan risalah kepada jin juga. Jadi, semua umat Islam ahlussunnah wal jama’ah meyakini keberadaan jin berdasarkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan berbagai Hadits yang menjelaskan keberadaan mereka.

Yang perlu diketahui adalah, bahwa jin itu berada di alam yang tak bisa dijangkau oleh mata manusia. Jin memang mampu melihat kita, dan sebaliknya manusis juga ‘bisa’ melihat jin. Namun yang harus diketahui, jin hanya bisa dilihat “tidak dalam wujud aslinya, tapi dalam wujud yang menjelma sebagai manusia atau hewan”.

Di samping itu, jin adalah makhluk yang diciptakan Allah dari api. Sebagian ulama bahkan mentafsirkan dari bagian terpanasnya api yaitu maarij. Jin yang membangkang perintah Allah atau kafir pertama kali itulah yang disebut iblis.

Para ulama juga membedakan antara iblis dan syetan. Syetan itu bisa berarti sifat yang menempel pada jin maupun manusia. Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa jin yang syetan adalah anak-cucu iblis. Sedangkan sifat yang menmpel pada manusia biasanya dikatakan sebagai kesyetanan.

Jadi, tidak ada satu manusiapun  mampu melihat jin dalam wujud aslinya kecuali para Nabi. Allah ‘Subahanhu wata’ala berfirman,

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

Artinya:

Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka (QS. Al-A’raf, ayat 27).

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, orang-orang yang menyangka dirinya melihat “wujud asli jin” persaksiannya batal, kecuali dia seorang Nabi. Manusia bisa melihat jin hanya jika jin menjelma ke dalam bentuk manusia atau binatang. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, berkisah saat ditugasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga zakat fitrah. Dalam hadits itu Abu Hurairah meriwayatakan ada seorang mencuri makanan kumpulan zakat fitrah. Saat tertangkap oleh tangan Abu Hurairah mengancam, “Demi Allah, sungguh akan aku laporkan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Pencuri itu memohon mengiba kepada Abu Hurairah, “Aku benar-benar butuh. Aku punya keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini”. Mendengar ucapan ini, Abu Hurairah merasa iba kepadanya. Pagi harinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakan kejadian semalam, “Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”

Abu Hurairah menjawab, “Ya Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dan keluarganya dalam kondisi sangat butuh makanan. Aku sangat kasihan padanya dan aku melepaskannya”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dia berdusta kepadamu, dia akan datang lagi”.

Ternyata benar ucapan Rasulullah, hari kedua pencuri itu datang kembali dengan alasan yang sama. Sampai di hari ketiga, Abu Hurairah benar-benar bertekad membawanya menghadap Rasulullah. Karena diliputi rasa takut, pencuri itu berjanji dan malah mengajari Abu Hurairah sebuah dzikir dengan membaca ayat Kursi saat hendak tidur. Jika itu dilakukan maka Allah akan mengirimkan penjaga tidur, dan syetan tidak akan sanggup mendekatinya sampai pagi hari.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *