Polisi Bersenjatakan Gas Air Mata Cegat Mahasiswa di Depan Kejagung

Aksi Demo.Mahasiswa Massa Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) (IDN Times/Irfan Fathurahman)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Massa Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dihadang polisi bersenjata pelontar gas air mata di depan Kejaksaan Agung (Kejagung) Jumat (13/10/2023).

Berdasarkan pantauan dari IDN Times di lokasi pukul 16.40 WIB setidaknya ada dua polisi yang menenteng senjata pelontar gas air mata.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selain itu, polisi juga menggunakan lima motor trail untuk memblokade puluhan mahasiswa yang berusaha maju ke tempat aksi semestinya di depan Mabes Polri.

“Kalau kami dihadang, kami minta pak Kapolri hadir di sini untuk mendengarkan aspirasi rakyat,” kata seorang mahasiswa di atas mobil orasi.

Puluhan mahasiswa ini terdiri dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut Pertanian Bogor (IPB), Polimedia Jakarta, Universitas BSI, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikmah Jakarta, STT Terpadu Nurul Fikri, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Al Wafa, IT PLN dan STIU Darul Hikmah Bekasi.

Sebelumnya, Koordinator Media Aliansi BEM SI, Ragner Angga mengatakan, BEM SI akan menyuarakan protes insiden yang dialami oleh masyarakat di Pulau Rempang dan Seruyan, Kalimantan Tengah.

Aksi ini kata dia, didasari represifitas aparat kepolisian yang dinilainya semakin menjadi-jadi. Brutalitas yang terjadi secara berulang-ulang kata dia, mengindikasikan ada sistem yang tidak beres di tubuh Polri.

“Di kota, seringkali elit kepolisian mengglorifikasi berbagai capaian Polri demi mewujudkan citra yang baik. Tapi di daerah-daerah terjadi hal yang sebaliknya,” kata dia.

Angga mengatakan, Polisi menjadi momok menakutkan karena sering kali digunakan untuk menggebuk rakyat yang dicap sebagai pemberontak atau provokator hanya karena mereka menyuarakan keresahan dan menuntut hak-hak mereka.

Baru-baru ini terjadi Represifitas aparat di Rempang, kepulauan Riau pada 7 September 2023.

“Rakyat yang menuntut hak dasar mereka berupa ruang hidup yang akan direbut demi PSN malah diserang oleh berkompi-kompi pasukan gabungan hingga anak-anak sekolah menjadi korbannya dan 30 orang warga ditangkap,” ujarnya.

Genap sebulan, pada 7 Oktober 2023 terjadi lagi penembakan terhadap warga Seruyan, Kalimantan Tengah. Hal tersebut terjadi saat warga menuntut hak mereka yang direbut oleh perusahaan sawit hingga satu orang warga tewas ditembak di bagian dada.

“Sangat banyak bukti dokumentasi yang terang benderang menunjukan Represifitas-Kebrutalan aparat keamanan di lapangan. Namun, hal ini tidak kunjung menjadikan POLRI mengevaluasi diri,” ujar dia.

Sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *