Bukankah Joe biden itu kolega Hillary sejak lama? Mereka memiliki satu pandangan politik yang sama. Ternyata video Hillary itu video palsu. Itu hasil manipulasi deepfake Artificial Inteligence. Banyak lagi contoh lainnya.
Bagaimanakah cara menghadapi serbuan hoax dari artificial intelligence ini? Ada empat tips yang bisa kita kerjakan.
Pertama, selayaknya kita hanya mengedarkan dan menyebarkan berita dari sumber yang kredibel saja. Itu biasanya berita dari media besar, yang sudah memiliki filter yang lebih kuat.
Kedua, perlu diperbanyak dan semakin dipopulerkan rubrik CEK FAKTA. Ini rubrik yang memberikan informasi mana berita yang benar, pmana berita yang salah, dari berbagai isu yang hot hari itu.
Memang sebaiknya, aneka media besar memiliki rubrik CEK FAKTA. Sedangkan cek fakta milik pemerintah harus lebih dipopulerkan lagi.
Ketiga: platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok dan Youtube, selayaknya menambah fasilitas. Di sana perlu ada perangkat untuk bisa mengecek cepat.
Sehingga aplikasi itu sudah menyeleksi dan membuang berita yang palsu. Publik akan sangat terbantu.
Keempat, yang lebih penting lagi, adanya edukasi jangka panjang. Ini agar publik semakin lama semakin memiliki pengetahuan critical thinking. Pengetahuan ini memudahkannya untuk membedakan. Yang manakah yang palsu, yang manakah yang benar.
Artificial intelligence memang sudah datang di pilpres Indonesia 2024. Seperti umumnya teknogi, AI datang dengan kemampuan, yang bisa juga digunakan siapapun untuk mengelabui publik.***