Disway: God Bless

God Bless
God Bless ketika bernyanyi di atas panggung-Deep Purple World Tour 2023-
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ada yang lebih besar. Di Kemayoran. Tapi itu gereja. Atau ada yang sedikit lebih besar di Sentul. Pun kurang besar untuk ukuran konser masal yang serius.

Kesenian-kebudayaan memang dikalahkan oleh politik dan olahraga. Maka sosok Ahmad Albar terasa lebih besar dari Istora.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

God Bless sendiri seperti lahir dari gedung kesenian: Taman Ismail Marzuki. Penampilan pertamanya dilakukan di pusat kesenian di Jalan Cikini Raya Jakarta itu. Tanggal 5 Mei 1973. Saat Albar sudah berumur 27 tahun.

Siapa pun sepakat bahwa penampilan di TIM itu sangat sukses. Fenomenal. Nama Albar  melambung. Melejit. Meroket.

Saat itu Albar memang punya rasa percaya diri yang besar. Tidak dimiliki pemusik lain di dalam negeri.

Ahmad Albar merasa ”lulusan” Belanda. Ia memang belum lama pulang dari Belanda. Ia lama di Belanda. Lebih lima tahun.

Waktu lulus SMA, Jakarta lagi kisruh: ada G30S/PKI. Albar ke Belanda. Ada pamannya di sana. Albar tidak sekolah di sana. Ia kenal anak-anak yang suka musik di sana. Ia belajar gitar di sana. Ia diajak menyanyi di pub-pub di sana.

Pulang ke Indonesia ia merasa lebih pede. Lalu ia ajak gitaris di sana untuk pulang ke Indonesia: Ludwig Lemans. Keturunan Indonesia.

Ludwig-lah yang jadi gitaris saat mereka tampil di TIM. Ian Antono, gitaris legendaris Indonesia belum gabung ke God Bless saat itu.

Melihat konser God Bless kemarin malam saya mengingat-ingat: sudah adakah buku yang terbit tentang Ahmad Albar. Seingat saya belum ada.

Mengapa.

Saya pun menghubungi Buddy ACe. Ia nonton di deretan depan saya. Ia kakak Abdi Negara, vokalis Slank. Ia menjadi moderator saat diskusi tentang God Bless di ulang tahun yang ke 40.

”Sebenarnya sudah ada yang menulis buku tentang God Bless. Sudah sejak sembilan tahun lalu,” ujar Buddy. ”Tapi Ahmad Albar belum setuju,” tambahnya.

Buddy mengatakan sudah membaca draf buku tersebut. Isinya banyak yang belum diketahui orang. ”Semacam untold story Ahmad Albar,” kata Buddy.

Penulis buku tersebut seorang wartawan. Tapi ia menulis lebih sebagai penggemar God Bless. ”Sudah sekitar sembilan kali ia minta izin ke Ahmad Albar. Belum diizinkan,” kata Buddy.

Mungkin menunggu konser God Bless 75 tahun. Atau 100 tahun. Dan saya janji akan menontonnya lagi. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *