Disway: Mimpi Sungai

Mimpi Sungai
Dahlan Iskan menemani tamu-tamunya dari tiga negara yang berkunjung ke Surabaya.--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sehari penuh saya harus menemani mereka. Bahkan saya lupa: sudah punya bahan tulisan atau belum.

Tengah hari saya ajak mereka ke rumah: makan siang. Ibunya Azrul ingin memamerkan rendang wagyu, sop buntut plus-plus, kepala ikan sembilang Kalimantan, ikan pipih goreng Riau, sambal balacan, sambal hijau, dan sambal soto.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dua hari sebelumnya istri saya beli cabai 2 kg. Itu setelah dia saya beri tahu: salah satu tamunya dari Chengdu, Sichuan. Itulah provinsi juara pedas di Tiongkok. Istri mau bikin mereka kapok: bikin sambal terpedas dalam sejarah hidupnyi.

Tamu satunya lagi, Anda sudah tahu: Meiling, dari Singapura. Istri saya akan menyiapkan oleh-oleh sambal untuk Meiling: tiga toples. Sudah jadi kebiasaannya.

Acara berikutnya ke luar kota. Perjalanan dua jam. Balik lagi dua jam. Tiba kembali sudah malam. Masih pula harus menemani makan malam. Mereka ingin makan 火锅. Sudah pukul 19.00. Piala Dunia sudah mulai: Maroko lawan Iran. Ingin sekali nonton. Tidak bisa. Lalu ingat: belum punya bahan tulisan. Bahkan belum sempat memilih ”komentar pilihan”. Padahal sudah ditunggu oleh admin.

Maka ketika mereka makan malam, saya buka HP. Saya pilih baca komentar. Lapar bisa ditunda, deadline tidak bisa. Kadang mereka bertanya: 好吗?Itu karena mereka melihat saya lagi tersenyum-senyum membaca komentar. Senyum bahagia dikala lapar.

Makan malam hampir selesai. Memilih komentar pun selesai. Saya buru-buru ikut makan. Tinggal sisa-sisanya. Untung sisanya lebih banyak dari yang bukan sisa.

Pukul 21.30 saya meninggalkan restoran. Mengantar mereka ke hotel. Sebelum berangkat, saya kirim WA ke admin Disway. Saya minta maaf. Tulisan belum terkirim. Bahkan belum saya tulis. Minta waktu. Agar ditunggu.

Sampai rumah sudah pukul 22.00. Untung kamar tidur tidak dikunci istri. Saya lirik istri sebentar. Saya tinggal ke sofa: menulis.

Menulis apa?

Tidak tahu.

Setelah berpikir sejenak muncullah ide. Green energy. Kurang menarik tapi sangat penting.

Ada hal baru: PLTS terapung pertama. Ada negara penghasil minyak justru bangun PLTS terbesar di dunia.

Lalu bagaimana semua itu sebenarnya menyusahkan PLN. Lalu ada KTT COP. “Suhu tidak boleh naik lagi melebihi 1,5 derajat” saya tulis “suhu harus turun 1,5 derajat”.

Setelah setengah jam menulis, HP saya terjatuh. Saya pun tergagap. Terbangun. Tulisan belum selesai. Harus saya selesaikan. Pun tanpa penutup yang dapat pujian.

Dan saya pun mimpi menyeberangi sungai tanpa ular. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *