Kultum 295: Serius dalam Berhijab

Serius dalam Berhijab
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Sebagai umat Islam, kita sudah paham bahwa bagi muslimah berhijab secara syar’i itu wajib dan tidak ada pilihan. Kita juga sudah paham bahwa fungsi hijab adalah untuk menutup aurat wanita. Namun kita juga sering mendengar bahwa ada, mungkin banyak, wanita yang berpakaian tapi sebenarnya telanjang.

Dalam berbagai keterangan dikatakan bahwa yang demikian itu karena mereka hanya menutupi sebagaian tubuhnya tapi menyingkap sebagian yang lain untuk menampakkan keindahan tubuhnya. Ada pula yang mengenakan pakaian tipis sehingga tampak warna tubuhnya atau pakaian yang ketat sehingga tampak lekuk-lekuk tubuhnya.

Yang demikian ini jelas menyimpang dari ketaatan kepada Allah dari apa-apa yang seharusnya mereka lakukan untuk menjaga kemaluan dan harga dirinya. Satu hal yang mereka lupa dengan “berpakaian tapi telanjang” seperti itu adalah, bahwa mereka memberi contoh wanita yang lain untuk meniru mereka. Jadi mereka memberi contoh untuk melakukan perbuatan mereka yang tercela itu.

Sudah dalam keadaan berpakaian tapi telanjang, ditambah dengan berjalan melenggak-lenggok dengan sombong sambil menggoyang-goyangkan pundak. Inipun masih ditambah lagi dengan rambutnya disisir condong ke atas bagai punuk onta, seperti model dan gaya seorang pelacur. Perbuatan demikian jelas cenderung menggoda lelaki dengan berbagai perhiasan yang mereka perlihatkan.

Rasulullah sudah mewanti-wanti dengan sangat keras kaum wanita yang berpakaian dan berlaku sperti ini. Beliau bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا،

قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ

يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ

عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ

كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ،

لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ

رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ

مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Artinya:

Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, (1) kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim], (2) dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya, padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan jauh sekian dan sekian waktu (HR. Muslim no. 2128).

Para ulama menjelaskan bahwa “Hadis ini merupakan salah satu mukjizat kenabian, dan kedua golongan ini telah terjadi, dan keduanya telah ada. Dan di dalamnya terdapat celaan terhadap kedua golongan tersebut. Adapun makna ‘berpakaian tapi telanjang’ maka dikatakan, artinya adalah mengenakan nikmat-nikmat Allah namun telanjang dari bersyukur kepada-Nya”. Inilah penafsiran yang masyhur.

Al Maaziri berkata, “dan mungkin juga maknanya adalah bahwa mereka itu sangat bernafsu untuk melihat laki-laki dan tidak menundukkan pandangan dan kepala mereka”. Sementara itu, Al-Qadhiy memilih penafsiran bahwa yang menyisir rambutnya dengan gaya condong ke atas dan mengatakan, “yaitu dengan memilin rambut dan mengikatnya ke atas kemudian menyatukannya di tengah-tengah kepala sehingga menjadi seperti punuk unta”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *