Kisah Abu Nawas: Saat Abu Nawas Membuat Kalah Jin Ifrit

Saat Abu Nawas Membuat Kalah Jin Ifrit
ilustrasi: Jin Ifrit
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Yang Mulia Raja mengatakan bahwa ABU Nawas lebih hebat dari jin Ifrit. Karena raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman, maka ia dapat memerintahkan para jin untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis di depan istananya.

Baginda Raja membaca Surat An-Naml Ayat 39–40 yang artinya:

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Jin Ifrit berkata, ‘Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.’ Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya, Mahamulia’.” (QS An-Naml: 39–40)

Raja mencermati ayat tersebut. Jin ifrit saja bisa dikalahkan seorang ulama, berarti manusia lebih sakti daripada jin. Ulama di masa Raja Sulaiman lebih cepat memindahkan singgasana Ratu Bilqis dibanding jin ifrit.

Ulama itu mampu membawa singgasana ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum dia mengedipkan mata. Sedangkan jin ifrit hanya mampu membawanya ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum dia bangkit dari tempat duduknya.

Baginda Raja tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar.

Bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya. “Kalau di masa Raja Sulaiman ada ulama yang lebih hebat dari jin ifrit, di masa sekarang ada Abu Nawas,” ujar Raja dalam hati, seperti dikutip dari Kalam Sindonews.

Raja pun segera memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, “Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?”

Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda Raja, kecuali kalau ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu.

Ada satu lagi permintaan Baginda Raja, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu satu bulan. “Karena kemampuanmu belum teruji, maka kamu punya waktu sebulan untuk melakukan permintaanku itu,” ujar Baginda Raja.

Abu Nawas pulang dengan hati masygul. Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tidak ada waktu yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini.

Tetapi pada hari kesembilan, Abu Nawas tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. la menghadap Baginda Raja untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

“Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti,” kata Abu Nawas.

“Apa usul itu?” tanya Baginda Raja.

“Hamba akan memindahkan istana Baginda yang mulia tepat pada hari raya Idul Kurban yang kebetulan hanya kurang dari 20 hari lagi.

“Kalau hanya itu usulmu, baiklah,” kata Baginda Raja.

“Satu lagi Baginda Raja,” ucap Abu Nawas menambahkan.

“Apa lagi?” tanya Baginda Raja.

“Hamba mohon Baginda Raja menyembelih 10 sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin,” kata Abu Nawas.

“Usulmu kuterima,” pungkas Baginda Raja menyetujui.

Wallahu a’lam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *