Kisah Lucu Abu nawas: Murid-Muridnya Memberinya Julukan “Guru Badut”

Guru Badut
Guru Badut
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Abu nawas dijuluki “Guru Badut” oleh murid-muridnya. Pasalnya, ia sering melontarkan lelucon di depan kelas agar semua orang tertawa.

Diketahui, kecerdasan Abu nawas tersebar di seluruh Baghdad. Jumlah santri atau muridnya pun semakin bertambah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sayangnya tidak semua santri sependapat dengan pendapat Abu nawas. Suatu hari, salah satu siswa mengeluh dan menyampaikan pendapat kritisnya agar spiritualitas Abu nawas harus disesuaikan dengan perkembangan saat ini.

Menanggapi kritikan santrinya itu, Abu Nawas hanya tertawa. Santri yang lainnya pun ikut tertawa kencang melihat tingkah lucu gurunya tersebut. Kemudian Abu Nawas tampak terdiam.

Seketika suasana menjadi hening, Abu Nawas menarik napas dalam-dalam. Kemudian dengan hati-hati dia menceritakan kisah seorang pelajar yang bertanya kepada penjual buku.

“Tidak ada buku anatomi yang lebih baru?” ucap Abu Nawas menirukan pertanyaan pelajar tersebut kepada penjual buku seperti dikutip dari Kalam Sindonews.

“Buku-buku yang ada di sini sudah berumur 10 tahun atau lebih!” protes pelajar itu.

“Dengarlah, nak. Tidak ada penambahan tulang apa pun dalam tubuh manusia selama 10 tahun terakhir ini. Demikian pula halnya, tidak ada penambahan apa pun dalam kodrat manusia selama 10.000 tahun terakhir ini,” ujar penjual buku menjawab pertanyaan pelajar itu.

Mendengar cerita Abu Nawas, semua santri tampak diam, suasana pun masih hening. Kemudian hal lainnya membuat santri Abu Nawas protes, karena seringnya sang guru membuat lelucon.

Setiap kali mengajar hampir selalu ada gelak tawa dalam setiap ia bicara. Hal itu rupanya juga mengganggu sebagian santri yang sangat ingin serius tentang spiritualitas dan diri mereka.

“Guru ini seperti badut,” ujar seorang santri lainnya.

“Oh tidak. Kamu salah tangkap. Seorang badut membuat kamu menertawainya; seorang guru membuat kamu menertawai diri sendiri,” sanggah santri lainnya.

Abu Nawas mendengar dialog antara santrinya dengan tersenyum. Abu Nawas tidak terganggu sama sekali dengan santrinya itu.

“Apakah sesuatu menjadi sungguh-sungguh benar, jika tak seorang pun menertawakannya?” pungkas Abu Nawas.

Allahu a’lam bissawab.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *