Kenapa NU terseret ke Dalam “kubangan” Politik?

NU terseret ke Politik
NU bukan partai Politik
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



PBNU dekat dengan kekuasaan dan kekuatan NU karena tidak ketidakmandirian secara ekonomi dari dulu,” ucapnya, Jumat (26/1).

Sukron tidak heran jika ada rumor struktural NU dikerahkan untuk mendukung Prabowo-Gibran, yang merupakan representasi rezim Jokowi, pada Pilpres 2024. Ia pun mengakui bahwa lazim aliran Sunni, kecuali bermazhab Hambali, cenderung menjadi agama kekuasaan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kendati demikian, dirinya akan menyesali apabila ke depannya NU mencari dalil fikih sebagai pembenaran mendukung Prabowo-Gibran. Pangkalnya, satu-satunya paslon yang tak memiliki representasi NU secara langsung. “Jadi, mau enggak mau NU mendukung meski tidak terang-terangan,” ulasnya.

Elektabilitas capres-cawapres

Di sisi lain, survei Polling Institute periode 15-16 Januari 2024 menyebutkan, elektabilitas Prabowo-Gibran tertinggi dengan 48,7%. Posisi berikutnya adalah paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) dengan 23% dan Ganjar-Pranowo 20,9%. Sebanyak 7,4% responden lainnya menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.

Jika dibandingkan periode sebelumnya, 15-19 Desember 2023, dukungan kepada para kandidat naik tipis dan responden yang tak menjawab berkurang. Kala itu, elektabilitas Amin sebesar 22,6%, Prabowo-Gibran 46,1%, dan Ganjar-Mahfud 20,5%.

Peneliti Polling Institute, Kennedy Muslim, memandang, elite Amin dan Ganjar-Mahfud berkesempatan berkongsi pada putaran kedua karena salah satunya berpeluang tersingkir. “Belum tahu kalau akar rumput,” ungkapnya dalam paparannya secara daring, Jumat (26/1).

Ia menyampaikan demikian lantaran pendukung masing-masing, khususnya di media sosial (medsos) yang jumlahnya sekitar 10% dari total pemilih, masih saling menyerang. Kendati begitu, Kennedy mengakui bahwa narasi yang muncul di medsos bisa berkembang ke media arus utama dan memantik kericuhan di tingkat nasional.

Alasan lainnya, politik masih cair hingga kini. Jika Amin atau Ganjar-Mahfud gagal melenggang ke putaran kedua, salah satunya berkesempatan berkoalisi kepada paslon yang lolos. Kongsi didasarkan kesamaan kepentingan, yang belum tentu untuk mengalahkan Prabowo-Gibran.

“Analisa spekulatif saya, koalisi yang gagal maju justru akan mencar-mencar lagi,” ucapnya.

Sumber: alinea

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *