“Bagus, beri tahu aku sekarang caranya,” minta Baginda Raja.
“Tapi hamba tidak yakin Paduka akan bersedia melakukannya,” timpal Abu Nawas.
“Apa caranya? Katakan saja,” ucap Baginda Raja mulai penasaran.
“Caranya adalah hamba dan Baginda Raja harus menjadi pengemis, lalu kita datangi rumah saudagar kaya itu. Kita berdua pura-pura mengemis kepadanya,” papar Abu Nawas memberi tahu.
“Memangnya harus aku yang melakukan? Apa tidak bisa diwakilkan?” tanya Baginda Raja.
“Tidak bisa Paduka, karena ini adalah cara satu-satunya,” jawab Abu Nawas.
Awalnya Baginda Raja ragu atas ide konyol Abu Nawas itu, namun karena ingin menyadarkan saudagar pelit tersebut akhirnya dia bersedia menuruti saran Abu Nawas.
Esok harinya Abu Nawas dan Baginda Raja mendatangi rumah saudagar kaya itu dengan mengenakan baju layaknya pengemis. Setibanya di rumah saudagar kaya, mereka tidak langsung mendatangi rumahnya.
“Kita awasi dulu Paduka, tunggu saudagar itu keluar. Kalau kita ke sana sekarang, nanti yang akan menemui kita adalah penjaganya. Kita pasti akan diusir. Percuma kita ke sana, tapi tidak bisa menjumpai saudagar itu,” tutur Abu Nawas.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya saudagar kaya tersebut keluar dan duduk di teras rumahnya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Abu Nawas segera mengajak Baginda Raja menghampiri saudagar kaya tersebut.
“Tuan, berilah kami sedekah,” pinta Abu Nawas.
“Tidak ada. Aku tidak punya uang receh,” balas saudagar kaya itu dengan nada ketus.
“Apakah tuan punya makanan? Kami lapar sekali tuan,” tanya Abu Nawas.
“Tidak ada. Sana pergi kalian,” jawab saudagar tersebut mulai emosi.
“Baiklah kalau begitu kami minta air putih saja tuan,” balas Abu Nawas.
“Kalian ini tuli atau gimana sih! Sudah aku bilang tidak punya apa-apa. Sana pergi kalian, jangan ganggu aku!” bentak saudagar kaya.
Di saat itulah Abu Nawas memulai akal cerdiknya. “Kasihan sekali kalau tuan tidak punya apa-apa. Kenapa tuan tidak ikut saja sama kami, kita mengemis bersama-sama tuan,” ajak Abu Nawas.