Akibat perkataan Abu Nawas ini saudagar kaya menjadi salah tingkah antara marah, tersinggung malu, bercampur aduk menjadi satu. Ia pun terdiam untuk beberapa saat, tiba-tiba terlintas di benaknya ingatan masa lalu.
Dahulu dia adalah orang miskin, tapi rajin bersedekah, namun sekarang setelah kaya raya justru menjadi orang kikir . Wajahnya yang tadinya terlihat galak, kini malah tertunduk lesu.
“Bagaimana, apakah tuan memilih jadi orang miskin atau orang kaya? Kalau masih ingin jadi orang kaya, jangan lupa sedekah dan bayarlah zakat. Kalau tidak mau sedekah, mengemis sajalah seperti kami,” tutur Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas menukil salah satu ayat Alquran tentang ancaman pedihnya siksa neraka bagi orang-orang yang enggan membayar zakat dan bersedekah. Seketika saudagar tersebut langsung meneteskan air mata.
“Astagfirullah, aku khilaf telah berbuat zalim,” kata saudagar kaya itu sesenggukan.
“Siapa sebenarnya kalian? Kalian telah menyadarkan kesalahanku. Mari masuklah ke dalam. Aku akan memberikan kalian makanan,” ajak saudagar kaya tersebut.
“Tidak perlu, kami datang ke sini bukan untuk mengemis, tapi untuk menyadarkanmu,” sahut Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Betapa kagetnya saudagar kaya itu karena ternyata orang yang ada di hadapannya adalah rajanya sendiri.
Saudagar kaya itu pun langsung duduk bersimpuh memohon maaf kepada Baginda Raja. Sejak kejadian tersebut akhirnya saudagar kaya ini rajin sedekah dan taat membayar zakat.
Allahu a’lam.