Daftar Donatur Palestina
Setelah masing-masing ulama menuliskan jawabannya pada kertas tersebut, lalu dikumpulkan kepada Baginda Raja.
Baginda Raja pun membaca satu demi satu kertas yang berisi jawaban itu. Ulama pertama menjawab roti adalah sebuah makanan. Ulama kedua menjawab roti adalah karunia dari Tuhan.
Ulama ketiga menjawab roti adalah terigu yang sudah dimasak. Ulama keempat menjawab roti adalah makanan bergizi.
Intinya masing-masing ulama mempunyai jawaban berbeda, tergantung pemaknaan mereka akan sebuah roti.
Setelah membaca semua jawaban itu, Abu Nawas berkata kepada Baginda Raja dan semua ulama yang ada di ruang sidang.
“Kalian semua adalah para ahli ilmu, tapi tidak satu pun yang mempunyai jawaban sama tentang roti. Wahai Baginda Raja, jika mereka tidak bisa memiliki jawaban yang sama tentang roti, apakah mereka berhak menentukan khotbahku benar atau salah?”
“Inilah maksudku mengatakan kalau mereka para ahli ilmu adalah orang bodoh. Dapatkah Baginda mempercayakan keputusan atau penilaian kepada orang-orang seperti ini?”
“Bukankah terasa lucu bila mereka tidak sepakat akan sesuatu yang dimakan setiap hari. Tetapi mereka bisa dengan mudahnya sepakat menilai kalau khutbahku adalah salah,” beber Abu Nawas.
Mendengar hal itu, Baginda Raja justru menjadi kagum dengan cara berpikir Abu Nawas. Ia lantas dibebaskan dari tuntutan.
Allahu a’lam.
