Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi Menciptakan Gelombang Revolusi Arab Spring

Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi
Foto: Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi/ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Aksi bakar diri Mohamed Bouazizi membawa kehebohan di seantero Tunisia, kemudian dunia. Tubuh Bouazizi luka parah dan meninggal dunia tiga minggu setelahnya. Pengorbanan Bouazizi tak sia-sia. Aksi bakar diri itu nyatanya memantik perlawanan terhadap rezim Ben Ali.

Gelombang perlawanan yang membawa semangat pro demokrasi muncul di mana-mana. Rakyat Tunisia tak sudi lagi dipimpin oleh seorang diktator. Kekesalan rakyat Tunisia tumpah ruah di media sosial, dari Twitter, Facebook, hingga Youtube.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hasilnya menakjubkan. Banyak orang menganggap memiliki nasib sama seperti Bouazizi. Mereka yang kesal pun ikut bergabung untuk turun ke jalanan. Rakyat Tunisia menuntut pemerintah memberikan mereka pekerjaan hingga upah yang layak.

Ben Ali tak menggubris. Aksi yang kian membesar memaksanya ambil sikap. Ia lalu menyanggupi. Namun, kesanggupan itu sudah terlambat. Rakyat yang menuntutnya mundur sudah menyebar ke mana-mana. Upaya itu akhirnya mampu melengserkan Ben Ali dari singgasananya pada 14 Januari 2011.

Semenjak itu Mohamed Bouazizi menjelma jadi simbol perlawanan di Timur Tengah. Aksi bakar diri Bouazizi menginspirasi gelombang revolusi Arab Spring. Suatu gelombang revolusi yang mampu meruntuhkan rezim diktator, dari Mesir, Libya, hingga Yaman.

“Kamis dua pekan lalu, Presiden Ben Ali berpidato dengan emosional. Saya memahami Anda. Silakan menghentikan kekerasan. Dia berjanji memenuhi tuntutan demonstran, menyediakan 300 ribu pekerjaan, dan tidak akan mencalonkan diri pada 2014. Namun terlambat, rakyat Tunisia telanjur marah.”

“Tunisia genting. Ben Ali membubarkan pemerintah dan menyatakan keadaan darurat. Esok paginya, televisi pemerintah Tunisia mengumumkan Ben Ali resmi mengundurkan diri. Ketua Mahkamah Konstitusi Fethi Abdennadher menyatakan Ben Ali sudah hengkang dari Tunisia. Dia minggat memboyong 30 anggota keluarganya,” ujar Ninin Damayanti dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Revolusi Sang Tukang Buah (2011).

Sumber: voi

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *