Daftar Donatur Palestina
Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.co.id – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan. Sifat kelembutan Allah itu salah satunya tercermin dalam perintah puasa. Dalam sebuah hadits rabbani (hadits qudsi), Allah berfirman,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ،
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ
Arinya:
Seluruh amalan anak Adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, sungguh puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai (HQ. al-Bukhari, no. 1904).
Coba kita bayangkan. Apa yang terlintas dalam hati kecil kita ketika mendengar Allah berfirman, “Sungguh puasa itu untuk-Ku?” Tentulah hal ini akan menyulut rasa penasaran, apa yang membuat Allah berjanji dalam hadits qudsi tersebut. Para ulama juga sejak awal masa para sahabat juga memiliki berbagai pendapat yang berbeda. Namun, dari berbagai pendapat itu ternyata ada titik persamaan pikiran, sebagai berikut,
Ternyata puasa mengharuskan kemurnian hati. Al-Imam Badruddin al-Hanafi rahimahullah yang wafat pada tahun 855H, mengatakan,
لِأَنَّهُ عمل سري لَا يدْخل الرِّيَاء فِيهِ
Artinya:
Itu karena ibadah puasa merupakan amalan rahasia yang tidak disusupi oleh riya (‘Umdatul Qari, Syarh Shahih al-Bukhari, bab 22 hlm. 61).
Al-Imam Ibnul ‘Utsaimin Rahimahullah yang wafat pada tahun 1421H juga menjelaskan bahwa “Puasa adalah rahasia antara seorang insan dengan Rabb-nya. Seorang insan yang berpuasa, tidak diketahui apakah dia benar-benar berpuasa ataukah tidak, isi hatinya juga tidak diketahui” (artinya: sangat gampang bagi dia untuk membatalkan puasa tanpa harus kehilangan anggapan di mata orang lain bahwa dia masih berpuasa).
Dengan demikian, orang yang benar-benar berpuasa sudah pasti orang yang paling besar keikhlasan dan ketulusannya. Maka Allah pun mengistimewakannya jika dibanding dengan ibadah-ibadah yang lain (Syarh Riyadh ash-Shalihin, bab 5 hlm. 266 – 267). Adalah sungguh hal yang luar biasa bahwa puasa itu sajalah yang untuk Allah, sedang malan yang lain hanya untuk manusia pelakunya sendiri (juga HR. Bukhari no. 1904 , Muslim no. 1151).
Di samping itu, ternyata di dalam puasa itu tergabung tiga jenis kesabaran. (1) Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah, dan (3) sabar terhadap takdir Allah. Ketiga jenis kesabaran ini ada dalam ibadah puasa. Padahal pahala kesabaran itu tidak terbatas. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ
بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu diganjar pahala oleh Allah tanpa batas (QS. Az Zumar, ayat 10).
Tidak hanya sampai di sini. Puasa juga akan memberikan syafaat di hari kiamat nanti. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
الصِّيامُ والقرآنُ يشفعان للعبدِ
يومَ القيامةِ يقولُ الصِّيامُ أيْ
ربِّ منعتُه الطَّعامَ والشَّهوةَ
فشفِّعني فيه ويقولُ القرآنُ
منعتُه النَّومَ باللَّيلِ فشفِّعني
فيه قال فيشفعان
Artinya:
Puasa dan Al-Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat, puasa berkata, Ya Rabb, (dulu) aku menahannya makan dan menyalurkan syahwatnya, maka izinkanlah aku memberi syafaat padanya, Al Qur’an berkata, Ya Rabb, (dulu) aku menahannya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat padanya, Allah berfirman, jika demikian berilah ia syafa’at (HR. Ahmad no. 118).
