Kultum 388: Salat Tarawih

Salat Tarawih
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kemudian beliau mengumpulkan mereka dalam satu jama’ah dengan imam Ubay bin Ka’ab, setelah itu aku keluar bersamanya pada satu malam, manusia tengah Salat bersama imam mereka, Umar kemudian berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini, orang yang tidur lebih baik dari yang bangun, ketika itu manusia Salat di awal malam”(diriwayatkan Bukhari, dan juga dalam riwayat Malik, serta Abdurrazaq).

Adapun mengena jumlah raka’at Salat Tarwaih, umat Islam berbeda pendapat tentang batasan raka’atnya. Pendapat yang mencocoki petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah delapan raka’at tanpa witir sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah Radhiyallahu ‘anha,

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

مَاكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى

اِحْدَى عَشَرَةَ رَكْعَةً

Artinya:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah Salat malam di bulan Ramadan atau selainnya lebih dari sebelas raka’at (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 736).

Sahabat yang telah sesuai dengan riwayat Aisyah ini adalah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau menyebutkan,

مَاكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

لَمَّا أَحْيَى بِالنَّاسِ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ

صَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ وَأَوْتَرَ

Artinya:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menghidupkan malam Ramadan bersama manusia delapan raka’at kemudian witir  (HR. Ibnu Hibban no. 920, Thabrani dalam As-Shagir hlm. 108 dan Ibnu Nasr hlm. 90).

Sewaktu Umar bin Khaththab menghidupkan sunnah ini, beliau mengumpulkan manusia dengan sebelas raka’at sesuai dengan sunnah. Umar bin Khaththab juga menyuruh Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad-Daari untuk mengimami manusia dengan sebelas raka’at. Waktu itu imam membaca dua ratus ayat hingga jamaah bersandar pada tongkat karena lamanya berdiri.

Riwayat demikian berbeda dengan Yazid bin Khashifah, beliau berkata, “Dua puluh raka’at”. Namun riwayat Yazid ini menyelisihi yang lebih shahih, karena Muhammad bin Yusuf lebih tsiqah dari Yazid bin Khashifah. Riwayat Yazid tidak bisa dikatakan ziyadah tsiqah tapi hanya sekedar tambahan ilmu saja dari riwayat tsiqah yang pertama.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                    —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *