Kisah Rasulullah SAW Yang Menegur Sahabatnya Karena Berlebihan Dalam Beribadah

Berlebihan Dalam Beribadah

Selain taysir, prinsip utama lainnya dalam Islam adalah maslahat. Lawan sepadan dari masalahat adalah mudlarat. Hal tersebut berdasarkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang diriwayatkan Imam Ahmad menyebut bahwa, “Laa dlirara wa laa dlirara, tidak mudharat dan memudaratkan.”

Imam Al Ghazali dalam kitab Mushtasfa min Ilm al-Usul berpendapat bahwa relasi yang terbangun antara syariat dengan istislah (kemaslahatan) sangat erat sekali. Maslahat menurut Al-Ghazali adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Adanya kemasalahatan dalam prinsip ajaran Islam menandakan bahwa penderitaan merupakan sesuatu yang harus ditinggalkan. Syamsul Anwar ketika diminta mengeluarkan fatwa tentang puasa di lintang tinggi, beliau menegaskan bahwa Islam tidak mengajarkan pencapaian prestasi spiritual melalui penderitaan.

Memang pelaksanaan kewajiban agama itu ada yang menyukarkan, namun kesukarannya berada dalam kewajaran manusiawi. Apabila terdapat kesukaran yang di luar batas manusiawi, maka terdapat kaidah-kaidah dan asas-asas yang memayungi dan memberi keringanan.

Berbeda dengan tokoh-tokoh sufi, dalam Manhaj Tarjih, spiritual imani tidak diperoleh melalui proses penderitaan melainkan penghayatan terhadap aturan-aturan Allah berupa larangan, perintah, dan anjuran.

Pengalaman spiritual bersumber pada seberapa dalam penghayatan seseorang dalam menjalankan kewajibannya. Melaksanakan rukhsah di masa sulit bukan berarti rendahnya kualitas iman seseorang, melainkan cara Islam memberikan solusi alternatif berdasarkan kemudahan dan kemasalahatan.

Wallahu a’lam bisshawab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *