Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
وَلَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰهُمۡ عَلٰى مَكَانَتِهِمۡ
فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِيًّا وَّلَا يَرۡجِعُوۡنَ
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.
وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِى الۡخَـلۡقِؕ
اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
وَمَا عَلَّمۡنٰهُ الشِّعۡرَ وَمَا يَنۡۢبَغِىۡ لَهٗؕ
اِنۡ هُوَ اِلَّا ذِكۡرٌ وَّقُرۡاٰنٌ مُّبِيۡنٌۙ
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
لِّيُنۡذِرَ مَنۡ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ
الۡقَوۡلُ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir (QS. Yasin, ayat 60 – 70).
Orang yang membaca dan penuh perhatian menurut Ibnu Qutaybah, “yaitu orang yang mendengarkan Kitab Allah dengan penuh perhatian dengan kehadiran hati dan pikiran, bukan seseorang yang lengah dengan udara yang tidak ada”. Kemudian tentang penghalang, yaitu “Hati yang lalai dan lalai yang tidak mengerti apa yang dikatakan dan, dengan demikian, tidak dapat merenungkan Al-Qur’an atau mengarahkan pemikiran sadar apa pun ke arah itu. Karena itu, jika semua hal ini disatukan, hasil akhir yang diperoleh, “mengambil manfaat dari Al-Qur’an dan mengambil pelajaran”. Jika seseorang bertanya, “jika hasil akhir, kesan abadi, hanya dicapai dengan kombinasi hal-hal ini, mengapa kemudian Tuhan mengatakan “atau” dalam ayat, “atau siapa yang mendengarkan dengan penuh perhatian” yang menyiratkan pilihan antara satu atau pilihan lain?
Beberapa orang memiliki hati yang hidup, hati yang siap menerima kebenaran dan yang sifat bawaannya yang utuh; jika orang seperti itu merenungkan dalam hatinya dan mengarahkan pikirannya ke sana, dia akan menyimpulkan bahwa Qur’an itu otentik dan benar. Hatinya akan menyaksikan apa yang diinformasikan Al-Qur’an dan kesan selanjutnya di atasnya akan menjadi cahaya berlapis di atas cahaya sifat bawaannya. Ini adalah deskripsi orang-orang tentang siapa dikatakan, “orang-orang yang telah diberi pengetahuan melihat bahwa apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu adalah kebenaran” (QS. Saba’, ayat 6). Allahu ya’lam.
Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat kita semua tentang akherat, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber : Ahmad Idris Adh. —ooOoo—