Disway: Antre Akhir

Antre Akhir
Warga yang antre menonton sidang Donald Trump membawa sejumlah poster ejekan.--


banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Saya tidak berani bikin janji dengan ustaz Shamsi Ali –ingin tahu pesantren besarnya di antara New York – Boston sudah seperti apa.

Sampai jam 09.00 belum ada kabar untuk antrean kanan. Wanita pirang di depan saya masih tidak henti-hentinya diwawancara wartawan. Dia memang menarik: membawa boneka tangan. Boneka Trump.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Waktu diwawancara seperti mulut boneka itu yang menjawab –mulut itu digerakkan oleh jari-jarinyi. Itu boneka bikinannyi sendiri. Khusus untuk menghadiri sidang Trump.

Salah satu warga yang mengantre untuk bisa melihat persidangan Donald Trump membawa boneka tangan.–

Beredar juga di antrean itu print out gambar-gambar lucu yang mengejek Trump.

Ada pengantre yang membawa segebok kertas lelucon itu. Siapa saja boleh mengambil dan memperlihatkan ke sesama pangantre.

Poster ejekan terhadap Donald Trump yang ada di antrean persidangan mantan Presiden Amerika Serikat itu.–

Untung saya sudah mengikuti sidang kriminal di ruang sidang itu sehari sebelumnya. Saya sudah tahu di mana posisi-posisi terdakwa, hakim, jaksa, pengacara dan juri.

Pukul 09.15 vonis itu dijatuhkan: ruang sidang sudah penuh. Tidak ada yang bisa masuk lagi. Pun yang antre paling depan.

Tidak ada yang marah. Tidak ada yang protes. Lebih 100 orang yang antre di kanan bubar begitu saja.

Tiga setengah jam antre untuk kembali. Hanya untuk menyumbang dua botol ke tempat sampah.

Meski ‘selang tua’ sebenarnya saya bisa menahan kencing 8 jam –kalau pagi minum sewajarnya. Tapi saya pilih sehat.

“Cari sarapan,” kata saya pada Erick. Kami pun ke tempat di mana Erick parkir mobil. Rp 750.000. Saya ingat Uber tadi pagi: juga Rp 800.000. Total Rp 1,5 juta dicopet Trump.

Saya kangen Central Park. Kami pun bermobil ke sana. Sambil menunggu kios Halal Food pinggir jalan buka jam 11.00.

Jalan-jalan di Central Park tidak ada duanya. Sumber inspirasi terbaik bagi para penulis novel.

Saya coba cari tiket untuk pertunjukan di Broadway. Saya lihat ada teater musikal apa saja hari itu. Jamnya tidak cocok. Inilah kali pertama ke New York tanpa nonton di Broadway.

Sidang Trump hari itu memang klimaks: saksi penting si wanita esek-esek dikonfrontasikan dengan pengacara Trump. Hari-hari berikutnya antiklimaks. Biar pun ada tempat kosong saya juga tidak akan antre ke sana.

Apalagi saya sudah harus meninggalkan New York keesokan harinya. Antre tapi gagal ternyata lebih menarik dari sebaliknya. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *