Hikmah Pagi: Wajah Gloomy, Aura Positif, Banyak Disenangi, Mau?

Wajah Gloomy
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idKebanyakan orang tua mulai gelisah. Apa alasannya? Salah satu putrinya telah melewati usia rata-rata pantas menikah.

Orang tua seperti itu sering kali meminta bantuan teman. Terutama kerabat dekat. Biasanya sudah sering dihubungi. Temukan pasangan yang setidaknya sepadan. Tidak banyak syarat yang diperlukan. Kalau perlu harus menyertakan dana pun tidak masalah. Asal lekas!

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tapi tunggu sebentar. Jangan mengira putrinya tidak memiliki jasmani yang baik. Bahkan penampilannya terlihat bagus. Tidak hanya berpenampilan bagus, namun banyak pula yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Gelarnya pun terkadang lumayan. Bahkan secara materi, mereka mungkin tidak membutuhkan dukungan dari calon suaminya.

Entah karena kondisi yang demikian itu, justru menjadi bumerang bagi mereka. Memagari diri dengan mengangkat persyaratan yang agak tinggi, atau beberapa hal lain.

Sebagian fakta, banyak di antara mereka yang jika berbicara sering membuat orang lain tersinggung. Istilahnya dalam bahasa Jawa nyelekit –menimbulkan rasa getir di hati yang mendengar. Kalau itu yang menjadi alasan utama, coba kita belajar bagaimana cara menepikan kendala itu.

Sebuah teori yang tingkat kepercayaannya mencapai 100 prosen!

Salah seorang guru besar terkenal dalam bidang psikologi, Profesor John Bargh. Guru besar dari universitas Yale Amerika Serikat. Ia melakukan riset self-talk, bicara sendiri. Riset ini menghasilkan sebuah teori yang sangat terkenal, Bargh Hallway Theory.

Dalam risetnya, ia menguji efek kata-kata pada tubuh. Ia meminta empat puluh orang mahasiswanya yang bersedia ikut dalam risetnya. Bargh memerintahkan mereka untuk mengulang-ulang, berkata-kata pada dirinya sendiri. Itu harus mereka lakukan selama 30 hari.

Empat puluh mahasiswa itu dibagi dalam dua kelompok. Ialah kelompok A dan kelompok B.

Kelompok A diminta selalu mengulang hanya kata-kata yang bernilai positif misalnya; hidup ini nikmat, hidup ini ceria, cuaca menyenangkan, rezeki lancar, sehat selalu, Tuhan baik, pemerintah bagus, cari kerja mudah, sehat, lucu, asyik. Secara prinsip mereka harus mengulang kata-kata yang berkonotasi menyenangkan, entah apa saja kata-kata itu. Pengulangan itu dilakukan selama 30 hari.

Kelompok B diminta untuk selalu mengulang kata-kata yang bernilai negatif. Misalnya: Tuhan jahat, nasib jelek, lapangan kerja sempit, zaman gila, korupsi merajalela, bangsa keparat, sialan, brengsek, susah mencari kerja, jalan macet, sampah di mana-mana, pemimpin bodoh, malas. Pendek kata, semua kata yang memberi kesan marah, bete, dan galau.

Evaluasi hasil riset dilakukan pada hari ke-30. Baik pada kelompok A maupun kelompok B. Ada sejumlah 100 orang pakar dari berbagai disiplin ilmu yang diminta melakukan evaluasi. Dilakukan evaluasi terhadap seluruh ekspresi wajah dan tampilan gerak. Evaluasi menggunakan sejumlah kamera besar yang tersembunyi

Riset itu menghasilkan tingkat kepercayaan sampai 100 persen.

Hasil yang diperoleh adalah;

kelompok A memiliki pancaran wajah yang gloomy, wajah yang berkilau dan berbinar. Ekspresi ini ditampilkan oleh peserta, walau dia hanya mengenakan jeans dan kaos oblong. Kulit mereka tampak terang, wajahnya ceria, auranya menyenangkan. Para responden menjadi ingin dekat dengan orang-orang tersebut.

Kelompok B memiliki pancaran wajah yang kumuh dan suram. Padahal pada saat datang mereka memakai tiga lapis jas yang mestinya membuat mereka parlente.

Bargh Hallway Theory ditulis oleh Malcolm Gladwell dalam buku “Blink: The Power of Thinking Without Thinking” (2012). Buku ini terkenal di seluruh dunia.

Di dalam Islam, berkata baik, berkata-kata yang bernilai positif menjadi standar evaluasi apakah orang bisa dimasukkan dalam kriteria beriman kepada Allah dan hari akhir.

“Man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhir, fal yaqul khayran aw liyashmut,” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata-kata yang baik, atau (kalau tidak bisa berkata baik) diam. Itu sabda Nabi SAW.

Sedangkan orang beriman yang berkata tepat dapat diampuni dosa-dosanya (QS alAhzab (33) ayat 70).

Suatu ketika, cucu Rasulullah Hasan bi Ali RA. berjalan bersama putranya yang diberi nama Muhammad. Hasan bin Ali dicela habis-habisan oleh seseorang. Tetapi beliau tidak membalas satu pun kata-kata kurang baik. Beliau hanya diam.

Pencela segera pergi ketika merasa puas mencela.

Muhammad bin Hasan RA., putra beliau heran,”Wahai Ayah, mengapa Ayah tidak membalas?” Hasan bin Ali menjawab, “Anakku, Ayah tidak tahu bagaimana caranya membalas!”

Kata-kata buruk, bukan hanya ditahan untuk tidak diucapkan ketika berucap sendiri, “self-talk”. Bahkan kata-kata buruk itu harus ditahan walau stimulus untuk mengeluarkan kata-kata buruk datang bertubi-tubi.

Contohnya ialah pada kisah di atas Hasan bin Ali (cucu Rasululullah) dan putranya (cicit Rasulullah) yang bernama Muhammad bin Hasan.

Semoga, melalui upaya mengubah kebiasaan lama, kepada kebiasaan baru. Ialah mengganti seluruh kata-kata buruk, menjadi kata-kata baik, setiap siapa pun mampu memperoleh hasil positif sesuai riset Bargh. Begitu pun para remaja yang beranjak mencapai usia wajar untuk berkeluarga, mudah memperoleh pasangan yang baik untuk menikah!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya,

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *