Ketika Rezekimu Habis, Maka Ajalpun Tiba

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id,- Jalan menuju kematian banyak ragamnya. Ada yang sakit, ada yang kecelakaan, ada pula yang sedang shalat. Allah yang mengetahui kapan dan dengan cara bagaimana seseorang akan mati.  Semuanya ditinggal, mulai jabatan, harta, keluarga dan semuanya, kecuali amalnya.

Para ulama menjelaskan sebuah kisah ketika manusia mati diperlihatkan amalnya dan dia meminta kepada Allah agar diberi waktu lagi untuk beramal, khususnya sedekah. “Mayat hanya mengatakan sedekah karena dia melihat pahala sedekah yang sangat besar setelah kematian.”

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Maka ulama mengingatkan agar memperbanyak sedekah.

Abu Umamah meriwayatan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril as.) mewahyukan kepadaku, bahwa seorang manusia tak akan mati kecuali setelah ajalnya sempurna dan rezekinya terpenuhi, maka bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah dalam mencari rezeki. Dan janganlah menyebabkan tertahannya rezeki karena kemaksiatan yang kalian kerjakan. Karena seseorang tidak akan memperoleh rezeki kecuali dengan ketaatan kepadaNya.”

Tiga hal yang bisa dipahami dari  hadis ini:

Pertama: Seseorang tak akan mati sebelum seluruh jatah rezekinya habis.

Dari hadits di atas kita bisa memahami bahwa jatah hidup seseorang akan berakhir jika ajalnya telah tiba dan rezeki yang sudah ditetapkan baginya juga habis, telah diterima semuanya.

Apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk diterimanya, akan diterima seluruhnya, dan kalau sudah diterima seluruhnya, baru dia”diperbolehkan” untuk mati. Jadi tak ada istilah “umur berlanjut rezeki terputus”.

Jadi tak perlu khawatir akan rezeki, karena semua akan kita terima sampai tiba ajal menjemput. Jadi kematian sebenarnya tidak memutus rezeki, tetapi memang rezekinya sudah habis dan sudah diberikan semuanya, sehingga tinggal menghadap Allah untuk mempertanggung jawabkan rezeki yang telah diterimanya tersebut. Ada 2 poin tentang rezeki (harta) yang akan ditanyakan pada kita di akhirat nanti, sumbernya dan pemanfaatannya. Darimana harta itu diperoleh dan kemana dibelanjakan?

Kedua: Sempurnakan ikhtiar

Allah sudah menetapkan rezeki seorang hamba dan berjanji akan menurunkan semua rezeki yang sudah ditetapkan itu. Rezeki seseorang tak mungkin nyasar. Rezeki tahu pasti di mana letak keberadaan penerimanya.

Kalau rezeki kita sudah ditentukan, bukan berarti manusia boleh berleha-leha sambil menunggu rezeki datang.

Dari hadits di atas kita diperintahkan untuk mencari rezeki dengan membaguskannya. Halal dan haram tetap diperhatikan. Orientasinya adalah kualitas rezeki yang diperolehnya. Yaitu rezeki yang berkah.  Jadi kewajiban seorang hamba hanyalah bertakwa dan menyempurnakan ikhtiarnya.

Ketiga: Rezeki tertahan karena maksiat.

Tertahannya rezeki dapat terjadi karena kemaksiatan yang dilakukan oleh si hamba, dan lancarnya rezeki terjadi karena kita melakukan ketaatan dan amal saleh.

Jadi seret tidaknya, atau lancar tidaknya rezeki, antara lain berhubungan dengan “perilaku” seseorang. Bisa saja seseorang rezeki miliknya belum dapat dinikmati karena dirinya tidak memantaskan diri untuk menerima rezeki tersebut. Rezekinya tertahan karena hidupnya dihiasi maksiat.

Jika kemaksiatan menghalangi rezeki, maka hanya ketaatan kepada Allah SWT yang bisa melancarkannya kembali. Apa yang dimaksud taat? Menaati apa yang diperintahkanNya dan menjauhi apa yang dilarangNya. Dan itu harus dilakukan bersamaan. Jangan sampai kita hanya menaati apa yang diperintahkan Allah, tapi kita tetap mengerjakan apa yang dilarangNya. Atau kita hanya mengerjakan seperuh saja, separuh yang lainnya kita langgar.

Wallahu alam. (fur dari berbagai sumber).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *