Ini Alasan Mengapa Banyak Pemimpin Muslim Membangun Masjid Megah

Masjid Sultan Qaboos di Oman. Foto: Wikidpedia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id-Pada masa awal Islam, masjid adalah urusan sederhana, tanpa kubah dan menara. Seperti Nabi Muhammad yang menjadikan halaman rumahnya sebagai tempat salat.

Namun, sebagaimana dilansir di The Economist, Jumat (10/1), para autokrat Arab sekarang melihat soal masjid secara berbeda. Banyak di antaranya yang ingin meninggalkan warisan bagi negaranya berupa masjid megah sebagai pengukuhan atas kejayaan kepemimpinannya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Misalnya, mantan presiden Aljazair, Abdelaziz Bouteflika yang telah digulingkan tahun lalu. Ia membangun masjid Agung Aljazair dan berhasil mengalahkan masjid di Maroko sebagai masjid terbesar di Afrika. Berdiri di lahan seluas 40 hektare, pembangunannya menelan biaya USD 1 miliar (sekitar Rp 13,8 triliun).

Sultan Qaboos dari Oman juga mendirikan masjid megah yang dinamakan Masjid Agung Sultan Qaboos. Masjid ini memegang rekor chandelier (lampu gantung) terbesar di dunia hingga akhirnya dikalahkan oleh masjid di Uni Emirat Arab.

Masjid pemegang rekor chandelier terbesar itu adalah Masjid Sheikh Zayed. Berlokasi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Masjid itu didirikan oleh Zayed bin Sultan Al Nahyan pada 2007.

Masjid Sheik Zhayed di UEA

Hal serupa juga terjadi di Mesir. Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi menghiasi ibu kota barunya, sekitar 45 kilometer timur Kairo, dengan masjid yang besar dan juga katedral terbesar di dunia Arab. Begitu pula dengan Iran. Para ayatollah di Teheran sedang mengerjakan masjid terbesar di dunia yang sekarang baru setengah dibangun. Material masjid itu disebut berbahan semen dan logam.

Sebenarnya, pembangunan masjid agung adalah tradisi lama. Beberapa dekade setelah meninggalnya nabi, para pemimpin muslim mulai membangun masjid-masjid besar guna melegitimasi pemerintahan mereka.

Kekhalifahan Umayyah, sebuah dinasti Muslim awal yang simbolis, membangun masjid seperti istana dengan mosaik emas dan marmer berwarna. Pada abad ke-15, orang-orang Turki Utsmani mulai membuat menara-menara untuk mengalahkan menara gereja di wilayah yang baru ditaklukkan. (republika)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *