Jurus Kemenkeu Cegah Guncangan Ekonomi dari Wabah Corona

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti. (Antara Foto)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Kementerian Keuangan memastikan adanya sejumlah langkah yang disiapkan pemerintah untuk menjaga kinerja ekonomi agar tidak terdampak oleh penyebaran atau wabah virus corona.

“Pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang antisipatif dan responsif dengan menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas produktif,” kata Plt Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (14/2/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Nufransa langkah antisipatif ini disiapkan karena penyebaran virus corona diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi China yang selama ini tercatat sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia.

Nufransa menjelaskan tekanan ekonomi yang terjadi di China berpotensi memberikan dampak kepada negara mitra termasuk Indonesia melalui berbagai transmisi seperti sektor pariwisata, perdagangan internasional dan aliran investasi.

Beberapa langkah yang siap diambil pemerintah untuk mencegah adanya perlambatan ekonomi antara lain mempercepat realisasi belanja kementerian/lembaga, terutama belanja bantuan sosial seperti PKH dan kesehatan, serta belanja non-operasional.

​​​Kemudian, mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas seperti Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo dan Mandalika serta menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata.

Pemerintah juga akan mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah.

Selain itu, mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespons situasi ekonomi (countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali serta mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.

Dengan berbagai upaya tersebut, maka daya beli masyarakat dapat terjaga, sehingga pertumbuhan ekonomi yang selama ini didukung oleh konsumsi rumah tangga, tidak akan terganggu oleh tekanan global.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengaku tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran 5,1-5,5 dengan limit 5,3 persen meskipun China dilanda wabah virus corona dan menyebar ke beberapa negara sehingga mempengaruhi sektor perekonomian.

“Wabah virus corona memang persoalan global. Tapi dunia tetap melihat itu sifatnya temporer. Dengan sudah ditemukannya vaksin, diperkirakan kejadian tersebut berlangsung selama enam bulan,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Mataram, Senin (10/2/2020).

Menurut Budi, pertumbuhan ekonomi pada semester I 2020 kemungkinan melambat. Tapi setelah itu diperkirakan akan membaik seiring dengan proses pemulihan dampak virus corona yang dilakukan oleh Pemerintah China.

“Kuncinya seberapa cepat China menemukan vaksin. Tapi kalau dilihat, semua kebijakan Pemerintah China sudah sangat ekspansif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada,” ujarnya.

Budi juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 bisa lebih tinggi dibandingkan 2019 yang ditutup pada posisi stabil, yakni 5,02 persen. Faktor yang mendorong adalah kebijakan BI yang menurunkan suku bunga sejak pertengahan 2019. Kebijakan tersebut seharusnya mulai berdampak 2020.

Selain itu, perdagangan Amerika Serikat dan China pada fase pertama sudah ditandatangani, dan sudah masuk pada fase kedua. Hal itu memberi optimisme bahwa ekonomi perdagangan dunia akan lebih baik dibandingkan pada 2019.

Jika perdagangan dunia sudah membaik maka akan mendorong harga komoditas meningkat. Kondisi tersebut diharapkan bisa mempengaruhi kinerja ekspor, sehingga pendapatan eksportir bertambah. Begitu juga dengan pendapatan nasional meningkat dan konsumsi juga lebih baik.

“Kalau ekspor meningkat, maka kebutuhan untuk produsen, untuk barang yang diekspor akan lebih besar. Jadi akan meningkatkan pendapatan nasional dan investasi juga meningkat,” tegas Budi. (rah/Ant)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *