STAY AT HOME: Covid-19 Membuka Peluang Momentum Jadi Orang Tua Hebat

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



#Anakmu bisa jadi Presiden

Penulis: Dr. Abidinsyah Siregar (Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Mantan Kepala Puskesmas Sigalingging, Dairi, Sumatera Utara).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

AMUK Covid-19 telah membalikkan banyak definisi yang selama ini diyakini kebenaran dan kekuatannya.

Semula negara menganggap dengan menjadi terkuat di bidang militer menjadi aman dari serangan yang menggempur warga dan negara.

Semula negara menganggap dengan kecanggihan teknologi dan sistem kesehatan, maka menjadi kuat dan cekatan menghadapi serangan penyakit apapun.

Semula negara menganggap dengan modalitas sumber daya alam yang melimpah bisa menguasai dunia dan membeli teknologi untuk menaklukkan lawan.

Semula negara dengan pengalaman panjang sebagai kolonial dan penguasa lautan merasa bisa menaklukkan apa saja di hadapannya.

Semula negara dengan kekuatan ekonomi besar bisa menggunakan fiskal dan modal kekayaannya untuk mempengaruhi dan mengubah ancaman.

Ternyata semua negara, lebih 210 negara di dunia hari ini dalam ancaman yang tak terduga dan mengguncangkan. Bukan hanya ketakberdayaan sistem dan kecanggihan teknologi kesehatan yang diuji, tapi juga merontokkan sistem sosial, ekonomi, pasar, komoditi, industri, produksi, distribusi sehingga semua menjadi langka, mahal dan mencemaskan.

Di era global, mobilitas manusia sangat aktif dan masif. Perpindahan virus antar manusia menjadi sedemikian mudahnya, walaupun hanya melalui 2 (dua) jalan yaitu dari berjabat tangan atau terhirup percik bersin atau batuk orang yang tertular.

Serangan virus Covid-19 membuat semua orang berpikir mencari tempat paling aman. Di saat mana tidak ada teknologi pemindai posisi dan lokasi sang virus, sementara koban paparan sudah ratusan, ribuan bahkan sudah jutaan. Dan hasil tracing maupun tracking atau pelacakan menunjukkan mereka terpapar di tempat di mana biasa orang-orang berada.

Bapak Presiden sejak dini sudah mengingatkan agar jaga jarak dan cuci tangan, dan terakhir beliau mengingat agar “belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah, Dirumahsaja”.

Tempat paling aman itu di rumah. Itulah sebabnya kampanye keselamatan untuk cegah sebaran virus Covid-19 adalah #DIRUMAHSAJA.

PERAN KELUARGA DALAM RUMAH

Konsep keluarga kini mengalami perubahan. Konsep Bapak sebagai kepala keluarga dan pencari atau pemenuh kebutuhan primer keluarga/rumah tangga mulai mengabur. Tidak sedikit keluarga Bapak/suami dan Ibu/istri yang sama-sama bekerja dan sama-sama “gila” kerja, sehingga rumah dan anak diserahkan kepada asisten rumah tangga. Anak-anak kurang terpantau perkembangan fisik, jiwa, intelektual dan moralnya.

Padahal setiap manusia punya masa-masa penting dalam hidupnya, yang jika dipahami akan menghasilkan generasi emas, dan kesempatan itu tidak berulang, bahkan cepat berlalu.

Dengan terjadinya kewaspadaan Covid-19, hampir semua kantor pemerintah dan swasta menerapkan sistem bekerja dari rumah (Work From Home).

Lebih 90 % karyawan di-WFH-kan secara bergantian. Seluruh aktivitas kantor seperti rapat, koordinasi, penyusunan konsep, perencanaan dan bahkan pengambilan keputusan dilakukan dengan media online seperti Zoom meeting, Webex maupun Teleconference. 

Demikian pula pelatihan dilaksanakan secara online berbekal e-learning yang menjangkau puluhan bahkan ratusan orang diseluruh wilayah Indonesia.

Bagaiman setelah bekerja dari rumah, di lingkungan keluarga? Kebiasaan kerja kantoran membuat banyak orang tua rada bingung dan kehabisan konsep untuk menciptakan suasana hangat dan dinamis dalam rumah.

Sering makan takut tidak sehat. Mau olahraga, sebentar sudah capek. Lihat tanaman tapi tidak tahu cara mengelolanya. Punya mobil bisanya cuma dipandang. Mau ke masjid atau gereja, ditutup.

Tetapi momentum di rumah dengan kemudahan WFH dan kebijakan #Dirumahsaja, seharusnya dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk anak dan keluarga.

Anak harus mendapat pengalaman baik dan tepat dari apa yang terjadi hari ini, untuk menjadi bekal hidup di masa depan yang pasti menantang dan tak terduga.

SAATNYA MENJADI ORANG TUA HEBAT

Tidak ada ukuran lebih baik dari “anak cerdas berakhlak mulia plus keluarga yang sejahtera dan bahagia”.

Itu bisa diwujudkan, manusia makhluk sempurna, berakal, punya fisik dan punya semangat untuk mewujudkan harapannya.

Ayah dan ibu secara bersama merencanakan keluarga seperti apa yang menjadi impian, pilihan dan harapannya.

Dalam berbagai kesempatan dihampir seluruh pelosok Indonesia, sejak tugas pertama menjadi Kepala Puskesmas di pelosok Kabupaten Dairi di Sumatera Utara, di hadapan masyarakat selalu saya buat pertanyaan “…kalau kita yaa cuma bisa sampai seperti saat ini… tetapi anak yang Ibu gendong maupun yang Bapak tuntun, bisa jadi apa nanti?… bisakan mereka jadi bupati, masyarakat menjawab beramai-ramai, ‘bisa’… bisakan jadi gubernur? ‘bisa’… bisakah jadi menteri? ‘bisa’….dan apakah mungkin jadi presiden? ‘bisa’.”

Itulah putra-putri kita, mereka bisa jadi apa saja, tergantung Ayah-Bunda memberi jalan, mempersiapkan bekal mereka, bekalnya adalah apa yang ada di rumah.

Mari menjadi orang tua hebat, caranya:

1. Menyesuaikan diri dengan zaman si anak dan mampu mengubah cara berinteraksi dengan anak.

2. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Jelas kapan dibatasi dan dilonggarkan.

3. Konsisten. Ayah dan Ibu sejalan dalam penerapan nilai. Kalau Ibu mendidik si anak agar hemat, si Ayah juga dan jangan memberi uang tanpa tahu si Ibu.

4. Teladan positif. Orang tua menjadi contoh laku yang ingin dibentuk.

5. Bangun komunikasi yang nyaman, agar anak berani mengutarakan pikiran, perasaan atau masalahnya.

6. Puji dengan tulus dan antusias jika anak melakukan hal baik, sekecil apapun.

7. Membiasakan hal baik dan disiplin. Misalnya jam ibadah dan jam tidur.

8. Melibatkan anak dalam mengatur jadwal dan kegiatan sehari-hari.

9. Sabar. Jangan gampang marah, kasar dan menekan. Anak belum punya ilmu dan pengalaman.

10. Jelas jika meminta atau memerintahkan sesuatu.

11. Jangan berlebihan. Apa adanya tapi bangun optimisme.

12. Menjaga kebersamaan.

13. Perlakukan anak sebagai partner atau mitra kolaborasi kerja apa saja.

14. Jika membuat aturan: masuk akal, positif, jelas dan adil.

(selengkapnya lihat buku “Menjadi Orang Tua Hebat” melalui bkkbn.go.id)

Anak yang lahir dengan belaian kasih sayang akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan siap menghadapi masa depan.

ANAKMU BUKANLAH MILIKMU (Kahlil Gibran, Lebanese, 1883-1931)

Anakmu bukanlah milikmu

Mereka adalah putra putri sang hidup

yang rindu akan dirinya sendiri

 

Mereka lahir lewat engkau

Tetapi bukan dari engkau

Mereka ada padamu

Tetapi bukanlah milikmu

 

Berikanlah mereka kasih sayangmu

Namun jangan sodorkan pemikiranmu

Sebab pada mereka

Ada alam pikirannya sendiri

 

Patut kau berikan rumah bagi raganya

Namun tidak bagi jiwanya

Sebab jiwa mereka

Adalah penghuni rumah masa depan…

 

Wujudkan, mulai sekarang, saat waktu Ayah Bunda di rumah…

Stay at home

Stay in growth.

 

(Jakarta, 14 April 2020, 23.23)

Dr. Abidin/ GOLansia.com/ kanal-kesehatan.com

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *