Ta’lim K.H. Didin Hafidhuddin Marhaban ya Ramadhan

Pengajian Didin Hafiduddin (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Disarikan oleh
Prof. Dr. Bustanul Arifin

1. Pengajian tafsir setiap Ahad ini, sebagaimana biasa tahun-tahun sebelumnya, kita fokuskan pada ibadah bulan Ramadhan. Marhaban ya Ramadhan. Sebelumnya, izinkan saya (Bustanul Arifin) menyalin tarjamah Al-Quran Surat Al-Baqarah 183-187 itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.

Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

2. Banyak hikmah yang dapat diambil dari Ibadah Ramadhan, Rukun Islam yang ke-4 ini. sebagaimana diuraikan dalam banyak hadist dan keterangan para ulama. Menguraikan ayat Al-Baqarah 183-187, bahwa tujuan utama beribadah ramadahan adalah agar kalian mencapai derajat taqwa. Akhir Ayat 183 dan Ayat 187 dibingkai oleh kalimat atau frase yang hampir sama, yaitu mudah-mudahan kita mencapai derajat taqwa. Inti dari kehidupan adalah ketakwaan. Tujuan kita hidup ini adalah mencapai ketaqwaan. Taqwa adalah unsur yang paling penting dalam kehidupam. Ingat, sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian dalam pandangan Allah adalah orang yang paling taqwa (QS Al-Hujrat: 13).

Jadi, bukan orang yang memiliki harta, bukan para pejabat yang paling tinggi kekuasaannya, bukan para ilmmuwan yang banyak pengetahuannya. Harta, jabatan, pengetahuan adalah sarana untuk mencapai ketakwaan. Jika harta dimanfaatkan untuk dibelanjakan di jalan Allah, harta itu adalah sarana utama yang mengantarkannya kepada ketaqwaan. Jika jabatan itu digunakan untuk mensejahterkan masyarakat, bukan mendzaliminya, berlaku adil kepada mereka, dekat dengan kaum dhuafa, mengarahkan kepada kemaslahatan, maka jabatan itu menjadi sarana utama menuju ketakwaan, menjadikan kita menjadi orang yang paling mulia. Demikian pula jika pengetahuan digunakan sebagai sarana untuk mencerdarkan masyarakat umum, mengajarkan mereka untuk memiliki pengetahuan, yang mengantarkan pada kualitas ibadah, maka ilmu menjadi sarana utama untuk meningkatkan diri kepada Allah.

3. Mari kita lihat pendapat seorang ulama, pengajar di Masjid Nabawi di Madinah, Abu Bakar Jaiz Al-Jazairi dalam “Minhajul Mu’minin” yang pernah saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Pertama, puasa adalah sabar. Jadi, puasa mengantarkan kepada kesabaran. Puasa adalah energi positif. Puasa akan menjadikan kita tahan uji, ulet, dan tidak pernah frustrasi. Baik menghadapi cita-cita pribadi yang tercapai. Dalam menghadapi wabah Covid-19, kita harus sikapi dengan kesabaran, dan mengembalikannya kepada Allah SWT.

“Pasti kami menguji kamu sekalian, dengan ketakutan, dengan harta, dengan musibah, dll. Berikanlah kabar gembira kepada mereka orang-orang yang sabar. Kembalikan semua kepada Allah. Inna lillah wa inna ilaihi rojiun”. Ini namanya Istirja’, kita kembalikan semua pada Allah. Wabah Virus Corona ini tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan kesabaran,

4. Kedua,  Ramadhan adalah bulan yang menyehatkan. “Shuumuu tashihhuu”, Sabda Rasulullah SAW. Berpuasalah kalian. Puasa itu menyehatkan. Sehat secara jasmani. Badan juga perlu istirahat. Bagaimana kesehatan itu sangat penting. Badan harus bersih, cuci tangan. Pakaian harus bersih, cuci baju. Kedua, sehat secara emosional. Tidak mudah marah, tidak mudah menghasut, tidak mudah menyalahkan orang lain, tidak merusak tatanan kehidupan. Banyak pemaaf kepada orang lain. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang. Di sinilah peran puasa, mengendalikan emosi agar kita sehat secara emosional.

Ketiga, Sehat secara intelektual. Orang yang cerdas bukan orang yang sekadar punya pengetahuan, tapi yang mengantarkan kepada kesadaran iman, kepada kesadaran tauhid, kepada pengabdian kepada Allah. Membaca Al-Quran, mempelajari maknanya, untuk menambah keimamam kepada Allah. Bahwa Allah SWT adalah zat Yang Maha Adil.

Keempat, sehat secara sosial. Tidak hidup sendirian, asal senang sendiri. Korupsi, misalnya. Mengambil harta secar tidak hak. Korupsi itu tidak sehat secara sosial. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita dalam Ramadhan untuk memberi dan memberi. Barang siapa memberi tajil kepada orang lain, pahalanya sama dengan pahal puasa itu sendiri. Ramadhan adalah syahru zakat, syahru infaq.

5. Dalam suasana wabah Convid-19 ini, sebenarnya indikator perlu diteruskan kepada kesejahteraan. Jangan hanya fisik saja. Sekarang itu yang dipikirkan hanya fisik saja, bahwa ukuran kesejahteraan itu adalah income per capita. Tidak pernah memikirkan ukuran kesejahteraan yang lain, seperti ketaqwaan. Taqwa itu adalah ukuran kesejahteraan yang paling utama. Sebenarnya, ada 3 indikator kesejahteraan, seperti diuraikan dalam Surat Al-Fiil yang pendek itu, Hendaklah mereka beribadah kepada Pemilik Ka’bah (Allah Subhanahu Wa Ta’ala). Itu kesejahteraan yang sering kita lupakan.

Ibadah ini menjadi hal yang amat penting. Tidak akan sejahtera orang yang tidak pernah beribadah. Tidak akan pernah sejahtera orang yang tidak pernah shalat, yang tidak pernah memohon kepada Allah. Tidak akan sejahtera orang yang tidak pernah memberi kepada orang lain, atau berinfaq. Jangan lagi dipisahkan antara agama dan kehidupan. Jangan lagi dipisahkan antara material dan spiritual. Jangan lagi dipisahkan iman dan taqwa dengan kehidupan sehari-hari. Sahabat Muadz bin Jabal RA ketikan akan melakasanakan tugas baru ke Yaman, pernah diberi nasehat oleh Rasulullah SAW. Pertama, “Ittaqillah haytsu ma kunta”. Bawalah ketaqwaan ke mana pun Anda berada. Taqwa itu bukan hanya ada di masjid, bukan hanya ada dalam Bulan Ramadhan. Taqwa itu ada di mana-mana. Ada di gedung-gedung birokrasi, ada di kantor pemerintahan, ada di perusahaan. Islam tidak mengenal sekularisasi dalam kehidupan.

Taqwa itu ada di jalan, ada di tengah-tengah kehidupan, dalam bermasyarakat, dalam bertetangga dan sebagainya. Bawa taqwa itu dalam kehidupan ekonomi, keuangam, supaya ujungnya adalah kebaikan. Kedua, jika kita kebetulan berbuat tidak baik, ikutilah dengan perbuatan yang baik. Setelah shalat diikuti dengan istighfar. Istighfar akan menghapuskan dosa. Ketiga, bergaullah Anda dengan sesama manusia, menggunakan akhalqul karimah. Sekali lagi, tiga indicator itu adalah bertaqwa di mana pun berada, perbanyak istighfar, dan berakhlaq mulia.

6. Tadi telah kita bahas bahwa Ramadhan itu membangun 4 hal kesehatan: kesehatan jasmani, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan sosial. Hal penting lain lagi yang perlu kita bahas adalah bahwa Ramadhan adalah Syahrul Quran. Sebagian besar ayat Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan. Bahkan para ulama’ menyebutkan bahwa dua pertiga dari Al-Quran itu diturunkan dalam bulan Ramadhan. Misal, dalam Surat Pertama. Al-Alaq, yang menjarkan pada kita bahwa manusia itu makhluq yang lemah. “Iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq. Khalaqal insana min ‘alaq”. “Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan kita dari segumpal darah”. Allah menyadarkan kepada manusia bahwa ada Tuhanmu yang menciptakan, hanya dari segumpal darah.

Oleh karenanya, manusia jangan berlaku sombong, jangan macam-macam, jangan berbuat dzalim kepada sesama manusia. Hal penting yang diajarkan dalam Al-Quran adalah peradaban baru: Pertama adalah membaca. Kedua menulis. Membaca dan menulis. Islam membangun peradaban yang senang membaca dan senang menulis. Reading society and writing society. Tapi, tentu bukan sekadar membaca, bukan yang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT. Tapi, bacalah dengan nama tuhanmu.

Wabah Corona ini juga mengajarkan peradanan baru. Bukan otak dan akal sebagai panglima, Itu bukan segala-galanya. Tapi, ada kekuatan Allah yang Maha Besar. Sebenarnya mazhab dalam Fiqih Islam ada 18, tapi yang terkenal hanya 4 mazhab: Syafii, Hanafi, Hambali dan Maliki. Mengapa? Karena mereka menuliskannya dalam kitab. Menulis itu menghadirkan keabadian. Dosen dan peneliti mempublikasikannya dalam jurnal ilmiah, dalam buku dan lain-lain. Ilmu yang bermanfaat. Itu adalah peradaban yang konstruktif. Peradaban yang membawa kecerahan. Peradaban yang berdaarkan ilmu dan iman kepada Allah SWT.

7. Ramadhan mengajarkan hal yang baik. Setidaknya bacalah Al-Quran sebelum memulai kehidupan lain, supaya pikiran kita tercerahkan. Dalam Ramadhan, bacalah Al-Quran setidaknya dua kali sehari semalam. Rumah yang senantiasa dibacakan Al-Quran, insya Allah akan diturunkan keberkahan. “Innal baytal ladzi yuqriul Quran, tunzilu alaihimul barakah”. Keberhakan akan berujung kepada kebaikan. Bagi orang beriman, apa pun itu ujungnya adalah kebaikan. Itulah kebarakahan itu. Gunakan Al-Quran sebagai bacaan harian. Kerahkan anak-anak di rumah untuk membaca Al-Quran. Isteri, suami, anak-cucu, dll perlu dikerahkan untuk membaca Al-Quran, apalagi dalam suasana berada di rumah terus seperti sekarang. Manfaatkan Ramadhan nanti untuk mengundang keberkahan. Semoga Allah SWT segera mengangkat wabah virus Corona ini dalam kehidupan kita. Minimal, kita diberikan tambahan kesabaran dan kekuatan dalam menghadapinya, apalagi di bulan Ramadhan.

8. Terakhir, Ramadhan adalah bulan keluarga. Syahrul A-ilah. Keluarga adalah institusi utama untuk membangun pendidikan. Kita perlu menduduk dengan pembiasaan yang baik. Baca Al-Quran biasa. Shalat tahajjud biasa. Berbuat baik biasa. Walaupun Anda pintar, tapi jika tidak membiasakan, maka tidak akan terjadi apa-apa. Kaum Orientalis itu sangat pintar, tapi karena tidak didasari oleh ketuhanan, ketauhidan, ata keagamaan, maka seakan kering. Demikian seri Pengajian Tafsir atau Ta’lim Ramadhan pertama ini. Mudah-mudahan Ramadhan kali ini disikapi sebagai terbaik. Insya Allah Ahad depan sudah masuk Ramadhan hari ketiga, kita tetap melaksanakan pengajian, ta’lim bakda subuh, seperti biasa.

9. Demikian catatan kecil saya dalam mengikuti Pengajian tadi pagi. Mohon ditambahi dan disempurnakan oleh teman-teman yang menyimak Ta’lim Kyai Didin Hafidhuddin lewat online tadi. Lebih kurangnya mohon maaf. Terima kasih, semoga bermafaat.

Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *