Indef: Isu Mudik Jadi Lelucon Lanjutan Kebijakan Pemerintah

Didik J Rachbini/net
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Berdasarkan riset big data bertajuk “Kebijakan Covid-19” yang digelar Indef-Datalyst Center pada 27 Maret hingga 9 April 2020, ketidaktegasan pemerintah ihwal larangan mudik dan meningkatnya pengangguran akibat pandemi Covid-19 merupakan hal yang paling dominan diperbincangkan di media sosial.

Mayoritas warganet membicarakan masalah dan isu tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mencapai tidak kurang dari 171 ribu perbincangan. Analisis sentimen terhadap isu ini sekitar 79 persen negatif dan hanya 21 persen yang positif.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Peneliti senior Indef, Didik J. Rachbini menyebutkan dari delapan isu yang diperbincangkan, masalah pengangguran akibat Covid-19 dan ketidaktegasan larangan mudik yang paling dominan diperbincangkan warganet. “Sebanyak 64.146 perbincangan soal pengangguran akibat Covid-19. Mayoritas warganet memberikan respons negatif, yakni sebanyak 84 persen dan hanya 16 persen yang memberikan respons positif,” ujar Didik di Jakarta, Ahad (17/5/2020).

Didik menjelaskan aturan boleh atau tidak mudik merupakan percakapan yang cukup besar jumlahnya 44.879 percakapan. Percakapan tentang mudik ini mendapat sentimen negatif 54 persen, sisanya 46 persen mendapat sentimen positif.

Menurut Didik, isu mudik mendapat perhatian yang sangat besar karena sangat erat dengan penyebaran virus Covid-19. Apalagi, pejabat pemerintah kerap kali mengeluarkan statement atau kebijakan yang berubah-ubah. “Itu berarti publik warganet memperhatikan sambil khawatir tentang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak tegas,” tegas Didik.

Didik menekankan bahwa isu mudik ini akan terus menjadi perbincangan karena pemerintah dianggap masih bingung. “Mudik sudah dilarang, tetapi presiden membuat pernyataan pulang kampung boleh. Ini diperkirakan menjadi lelucon lanjutan dari kebijakan pemerintah yang mendapat tanggapan sentimen negatif secara keseluruhan,” jelasnya.

Lebih lanjut Didik menjabarkan secara total survei ini melibatkan hampir setengah juta percakapan atau 476.000 percakapan dengan jumlah akun atau orang mencapai 397,2 ribu orang. Adapun buzzer yang melakukan percakapan berulang-ulang dihilangkan untuk meningkatkan obyektivitas dari riset big data ini.

Setelah data terkumpul dengan kata kunci, maka peneliti Indef-Datalyst Center, melakukan berbagai penyaringan. Salah satunya analisis sentimen menggunakan metode Aspect-based Sentiment Analysis. Analisis ini berguna mengetahui tendensi (sentiment) dari suatu pembicaraan terhadap masing-masing objek yang dianalisis. (rah/rmol)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *