Suka Duka Relawan Medis Covid-19 (3): Terasa Ringan Jika Dikerjakan Dalam Bingkai Ibadah

Foto: Jawa Pos
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID – Urusan menangangi pasien Covid-19, Ketua Satgas Covid-19 Wilayah Sul-Sel dr. Abdul Azis, Sp.U, punya cerita unik. Bagi dia, tidak ada duka saat menangani pasien Corona. Ini karena Dokter Abdul Azis membingkainya dalam ibadah.

“Tidak ada duka dalam menjadi relawan, semua rasa suka. Karena kita bergerak dalam bingkai keikhlasan dan karena ada perniagaan untuk akhirat yang dikejar,” kata dr. Abdul Azis.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurutnya, banyak hal yang menjadi kendala bagi relawan. Di antara kendala itu adalah kebijakan dari pemerintah yang simpang siur. Sehingga dokter dan tenaga kesehatan menjadi korban dari kebijakan pemerintah yang menganggarkan biaya perawatan terhadap pasien covid-19.

”Ini tidak dijelaskan secara mendetail. Padahal di Makassar ini dana-dana besar digunakan untuk membangun fasilitas kesehatan, membangun ruangan-ruangan hampir di rumah sakit pemerintah untuk melawan covid-19. Untuk tenanga kesehatan, sampai sekarang “satu sen” pun saya belum pernah lihat,” terang dr. Azis.

”Edukasi kurang massif, sehingga membuat informasi simpang siur,” lanjutnya.

Menanggapi pengambilan paksa jenazah yang pernah terjadi di Sulsel, dr. Azis mengatakan, itu terjadi karena mereka, masyarakat tidak mengerti. Sehingganya perlu dilakukan edukasi kepada mereka. Ajak tokoh masyarakat, tokoh agama yang didengar masyarakat untuk bersama-sama mengedukasi mereka.

Terkait ketidakpercayaan segelintir orang terhadap tenaga kesehatan, dr. Azis menyarankan untuk para dokter menunjukkan apa kerja mereka, apa capaian yang telah mereka lakukan, dan target apa yang akan mereka lakukan. ”Sehingga menjadi bahan edukasi kepada masyarakat agar kita tetap dapat dipercaya oleh masyarakat,” katanya.

Lebih lanjut dr. Azis mengatakan, terkadang kalau dia lewat dan melihat ada orang kumpul-kumpul, dia singgah menyapa mereka, menemani ngobrol, sekalian mengedukasinya agar tetap mengikuti protokol kesehatan.

Ada juga oknum yang membuat situasi tidak kondusif. Untuk itu, kehadiran pemerintah seharusnya ada untuk menenangkan masyarakat. Sehingga tidak menjadikan profesi tenaga kesehatan menjadi reaktif. Media center sangat penting untuk dibuat untuk menjadi sumber informasi, yang memuat tentang target, capaian dan kinerja yang telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga masyarakat bisa bersama untuk menangani covid-19.

Menanggapi tudingan oknum tertentu terhadap tenaga kesehatan melakukan konspirasi dengan WHO, dr. Azis mengatakan bahwa tenaga kesehatan juga terlalu reaktif. Sehingga menjadikan provokasi menjadi lebih besar.

Seharusnya, menurut dia, tenaga kesehatan tidak perlu terlalu reaktif.  ”Kalau kita reaktif, apatah lagi masyarakat jauh lebih reaktif dari kita. Jadi kita harus melihat lebih jernih. Cukup kita klarifikasi saja. Sebagai profesi medis, kita harus introspeksi diri, apakah yang dikatakan oleh oknum-oknum itu benar atau tidak, apakah kita harus mempolisikan mereka. Kemudian kita harus mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing,” katanya.

Sebagai program untuk mememerangi penularan covid-19, saat ini Satgas Covid-19 IDI Wilayah Sulawesi Selatan membuat alur rumah sakit sesuai standar kementerian kesehatan dan WHO, sehingga masyarakat tidak tertular covid-19.

”Untuk agenda atau program berikutnya kami akan membuat video dan flyer untuk mengedukasi masyarakat secara masif tentang covid-19 serta apa sebenarnya yang disebut new normal life dan permasalahan kesehatan apa yang kemungkinan muncul pada penerapannya,” katanya. (wh)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *