Perlawanan KH Isa Anshary Terhadap PKI

KH Isa Anshary (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Redaksi Hajinews.id: Untuk melihat bagaimana umat islam melawan PKI dan Nasakomnya Bung Karno, berikut ini cuplikan perjuangan KH Isa Anshary hingga ia dipenjara, yang pernah dimuat di Hidayatullah.com.

DALAM Sebuah pidato di Lapangan Merdeka tahun 1954, KH. Isa Anshary menyampaikan, “Sebenarnya PKI mau merebut umat Islam. PKI tidak akan menang kalau tidak mendapat bantuan dari umat Islam — Tjara propaganda terhadap komunis jang lebih intensief, ialah mengatakan komunis itu sesat.” (Pidato dan Wawancara KH. Isa Anshary di depan 50.000 orang di lapangan Merdeka Medan 17 Oktober 1954 yang diadakan oleh “Front Mubaligh Islam”. Pidato ini dimuat oleh Majalah Menara Islam No. 8/Desember 1954 Hal. 21-32).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sentralisme dalam faham dan susunan perdjuangan mereka, menuntut atau meletakkan Kremlin diatas segala kepentingan. Dalam perdjuangan sehari-hari boleh bahkan harus kaum komunis mempelopori persatuan nasional disegala negara, untuk memikat ra’jat banjak. Akan tetapi,isi dari front persatuan nasional itu harus bukan kepentingan bangsa dan tanah air.” (KH. Isa Anshary, Islam Menentang Komunisme, 1954: 22)

Di antara ulama Persatuan Islam yang berada di garda depan dalam menentang komunisme di Indonesia adalah KH. Isa Anshari. Dalam membendung arus komunisme yang sedemikian deras di Indonesia, beliau bukan hanya melawannya secara lisan melalui orasi di depan massa, tapi juga dengan tulisan-tulisan kritis dalam bentuk artikel bahkan buku.

Pada bulan September 1954, ketika kebangkiatan komunisme melalui PKI semakin menjadi-jadi, beliau bersama kawan-kawan seperti Sjarif Wibisono, Sjarif Usman dan lain-lain mendirikan Front Anti Komunis sebagai upaya konkret untuk menghadapi bahaya laten PKI. (Subhan SD, 2000: 161).

Akibat kevokalannya menentang komunisme ini, beliau pernah dijebloskan ke dalam penjara akibat fitnah orang-orang PKI, sebagaimana tokoh Masyumi yang lain. Yunan Nasution dalam buku “Kenang-Kenangan di Belakang Terali Besi di Zaman Orla” (1967: 68) menceritakan kesusahan yang dialami KH. Isa saat di penjara. Pernah saat dipenjara, beliau didera sakit parah, namun diperlakukan bak kriminil. Untuk berobat harus melalui birokrasi yang berbelit-belit. Akhirnya, untuk mendapat pengobatan dari dokter, ia  harus menunggu sejak sore hingga jam sepuluh malam.

Dadan Wildan dalam buku “Yang Da`i yang Politikus Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis” (1997: 95) menyebut ulama pemberani ini sebagai “Penentang Gigih Komunisme.” Saat menjadi ketua umum Persis, pada 4 Maret 1957, di tengah-tengah ketegangan politik, beliau bersama ulama Persatuan Islam mengeluarkan “Manifesto Persis”.  Pada waktu itu, ditetapkan empat keputusan. Salah satu isi dari manifesto itu adalah: menolak konsepsi Bung Karno mengenai Nasakom, mengajak kepada segenap ulama, mujahidin Islam Indonesia agar bersatu untuk melakukan perlawanan terhadap ideologi komunisme dengan ideologi tersusun dan teratur.

Penting untuk dicatat bahwa, dalam catatan sejarah, manifesto yang dikeluarkan Isa Anshary bukan saja keluar pada tahun 1957. Sejak tahun 1953 manifesto itu sudah dikeluarkan, menyusul kemudian pada tahun 1954, 1957, 1958 dan 1960. Tujuan terpenting dari manefesto ini tak lain adalah menentang komunisme.

Bahkan pada Mu’tamar Masyumi yang ke-7 (23-27 Desember 1954) di Surabaya, Dewan Syura Ulama Masyumi telah memutuskan 6 keputusan, di antaranya: Komunisme menurut hukum Islam adalah kufur. Di antara ulama yang ikut bermusyawarah dalam sidang ini seperti: A. Hassan, KH. Badawi, KH. Salim Fachry, KH. Imam Ghazali, Umar Hubes dan lain-lan (Bisa dibaca dalam brosur: “Kami Memanggil” yang diterbitkan oleh Dewan Pimpinan Parta Masjumi Bahagian Penerangan Djakarta pada 17 Agustus 1955, hal. 54-64).

Untuk mengetahui bahaya PKI yang berediologi komunis yang sangat ditentang oleh KH. Isa Anshary bisa dibaca dalam buku karangan bersama berjudul “Bahaja Merah di Indonesia” sebuah buku kritik terhadap bahaya komunisme di Indonesia yang ditulis oleh KH. Isa Anshary, Mr. Jusuf Wibisono dan Sjarif Usman. Terkhusus mengenai tulisan Isa Anshary diberi tajuk “Islam Menentang Komunisme” yang ditulis pada tanggal 8 April tahun 1954.

Dari karya tulisnya ini, kita akan melihat bahaya-bahaya PKI yang disoroti oleh KH. Isa Anshary. Dari segi pandangan hidup, ideologi komunisme berurat tunggang pada  ajarang Marxisme yang dibawa Karl Mars, seorang Yahudi Jerman yang membawa pandangan hidup filisofi materialisme yang juga sejalan dengan ajaran Darwinisme yangmengajarkan hukum Evolusi Organik.  Dengan pandangan hidup ini, maka ukuran kemajuan manusia ditentukan dengan nilai kebendaan. Bahkan menolak ajaran tentang unsur kejiwaan atau ruhaniah dalam jiwa manusia. Intinya, ajarannya mutlak bertaut pada benda. Bahkan pada titik paling ekstrem bisa dikatakan sebagai ideologi yang menuhankan benda. Ini tentu bertentangan dengan ajaran Islam.

Ideologi ini –menurut catatan KH. Isa Anshary– bila dilihat dari induknya, adalah ideologi anti Tuhan.  Demikian juga wahyu dan nabi, tidak ada ruang dalam ideologi ini. Percaya kepada yang ghaib dianggap sebagai takhayul. Ini tentu berbeda dengan Islam yang mengajarkan iman kepada Allah, wahyu, para Nabi dan yang ghaib.

Sudah menjadi konsekuensi logis, ketika Tuhan ditolak maka otomatis ideologi komunis juga anti agama. Ulama yang dijuluki “Napoleon Masyumi” ini mengutip tulisan Dr. J. Veruyl yang berjudu:  “Kediwaan Komunisme dan Kapitalisme dipadu dengan Indjil Kristus” disitu diungkap perkataan Mars, “Kritik tentang agama sarat pertama dari semua kritik.” Bahkan agama disebut sebagai candu bagi masyarakat yang digunakan kaum penguasa untuk membodohi rakyat proletar.

Tak hanya itu, bahaya komunisme yang lain adalah adanya hukum rimba.  Dengan asas dan ajaran materialisme histori, mereka kaum komunisme menolak hukum yang tidak menguntungkan pada benda dan materi. Esensi kebahagiaan menerut mereka di samping bernilai bendawi, juga diceraikan dari tuntunan agama misalnya mengenai kehalalan dan keharaman.

“Adagium hukum rimba:..Apa jang dapat kau rampas itulah hakmu!” demikian tulis KH. Isa Anshary ketika menggambarkan kaidah mutlak bagi kaum komunis. Sesungguhnya penyusunan kekuasaan yang direncanakan mereka di seluruh dunia pada hakikatnya untuk menegakkan hukum rimba semata. Lain halnya dengan Islam yang menyerukan hukum yang adil.

Ideologi ini juga tanpa moral. Segala hal yang berkatian dengan moral, kesusilaan bagi mereka justru sebagai pagar-pagar yang dibuat kalangan borjuis untuk mengekal-abadikan kekuasaanya. Ini hanya menjadi hambatan mereka dalam memperjuangkan ideologi komunisme. Untuk menggapai tujuan, jika cara pembunuhan harus ditempuh, maka itu sah-sah saja bagi mereka. Padahal, dalam Islam moral dan kesusilaan juga diakui dan tidak boleh sembarang membunuh tanpa alasan yang benar.

Ide lain yang berbahaya dalam ideologi komunisme yang disebutkan oleh KH. Isa Anshary misalnya: memandang sejarah sebagai pertentangan kelas yang terus-menerus, ketika berkuasa yang diberlakukan adalah cara kediktaroran, dalam negara komunis hak milik perseorangan ditiadakan dengan jalan paksa dan kekerasan, hal ini bak neraka dunia bagi masyarakat, mereka juga anti demokrasi (meski slogan yang digembor-gemborkan tidak memusuhi demokrasi), tidak ada nasionalisme yang dipegang karena pada waktu itu terpusat ke Moskow dan ideologi komunisme juga merupakan imperialisme gaya baru.

Lebih dari itu, KH. Isa Anshari menulis, “Komunisme atau Marxisme sebenarnja adalah ‘agama baru’ dan agama palsu, jang memutar-balikkan pandangan hidup manusia.” Itulah sebabnya, melalui Partai Masyumi, ormas Islam Persatuan Islam dan Front Anti Komunis, beliau sangat lantang dalam melawan komunisme yang di Indonesia berwujud pada Partai Komunis Indonesia.

Sebagai penutup, penulis akan mengutip data tentang bahaya yang ditimbulkan oleh PKI yang ditulis oleh Taufiq Ismail dalam buku “Tiga Dusta Raksasa Palu Arit Indonesia” (IV/2007: 10) “Partai Marxis-Leninis-Stalinis-Maois (Partai Komunis) Sedunia Selama 74 tahun (1917-1991) membantai 120 juta manusia di 76 negara. Sehingga rata-rata 1.621.621 orang setahun, 135.135 orang sebulan, 4.504 orang perhari, 187,6 orang perjam, 3 orang permenit, 20 detik perorang. Selama 74 tahun di 76 negara.” Begitu mengerikan bukan?*/Mahmud Budi Setiawan

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *