Dulu Meledek Corona, Sekarang Pemerintah Kalang Kabut

Gestur dan ekspresi Presiden Jokowi (Tangkapan layar video Setpres RI/YouTube)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, menyoroti
kinerja penanganan wabah virus Corona (Covid-19) yang dilakukan pemerintah terkait jumlah kasus infeksi Covid-19 pada Kamis (9/7) yang mencapai rekor tertinggi, yakni tembus ke angka 2.657 kasus per hari.

Adi menilai dari kacamata politik, kebijakan dan kerja-kerja jajaran kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam menangani pandemi Covid-19 sudah keliru sejak virus asal Wuhan, China itu menjangkiti dunia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sejak awal rencana atau simulasi penanggulangan Corona itu belum terlalu siap gitu loh bos,  sehingga agak sedikit kalang kabut menanganinya,” kata Adi Prayitno seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/7/2020).

Adi kemudian membuka kembali sikap-sikap yang dipertontonkan para pejabat pemerintah di Januari lalu di mana saat itu Corona belum mewabah di dalam negeri dan pemerintah memperlihatkan ketidakseriusannya. “Awal-awal ada info Corona di dunia kita malah meledek dan menertawakan. “Corona enggak mungkin masuk Indonesia, izin jelimet dan sulit, Corona itu jenis mobil bukan?” Dulu kan waktu awal-awal Corona begitu,” ujarnya menyesalkan.

Menurut Adi dari sikap politik pemerintah yang seperti itu menunjukkan pemerintah tidak mempunyai skenario dalam hal menanggulangi wabah Corona. Apalagi melihat saat ini sudah hampir 4 bulan Indonesia diterpa pandemi dengan kinerja para menteri Presiden Joko Widodo yang buruk. Akibatnya, pusat penyebaran Corona semakin meluas, tidak hanya di Jakarta.

“Kan strateginya sekarang adalah bagaimana dengan new normal orang kembali optimis menghadapi corona. Corona bisa ditekan dan ekonomi bisa bangkit. Tapi nyatanya enggak bisa. Justru pandemi ini pindah ke mana-mana, yang epicentrum jadi Surabaya, Jakarta juga masih tetap, Bandung,” terang dosen ilmu politik Universitas Syarif Hidayatullah UIN Jakarta ini.

Adi menambahkan, jadi marahnya presiden yang soal lonjakan kasus Corona adalah kemarahan jilid kedua, yang substansinya sama. “Menterinya enggak bisa kerja, menterinya mati gaya. Padahal dulu menterinya cukup diandalkan, cukup dibanggakan karena ahli di bidangnya, penuh sanjung puji gitulah,” tegas Adi.

Presiden Jokowi menyebutkan jumlah penambahan kasus positif COVID-19 pada Kamis sangat tinggi, dan itu menunjukkan pertanda “lampu merah”. Hal tersebut disampaikan Jokowi di Palangkaraya, Kamis (9/7/2020), merespons penambahan kasus positif COVID-19 secara nasional pada hari ini sebanyak 2.657 kasus. “Perlu saya ingatkan, saya kira ini sudah lampu merah lagi. Hari ini secara nasional kasus positif ini tinggi sekali. Hari ini 2.657,” kata Jokowi.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong pemerintah lewat Tim Gugus Tugas COVID-19 melakukan pencegahan dan pengendalian pandemi virus Corona dengan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.

Bamsoet memberikan respons tersebut karena Presiden Jokowi menyatakan lonjakan kasus COVID-19 pada Kamis (9/7/2020) sebanyak 2.657 kasus merupakan sinyal bahaya yang harus ditindaklanjuti.

Sedangkan anggota Komisi IX DPR Saleh Daulay mengungkapkan peningkatan kasus positif COVID-19 pada Kamis (9/7/2020) yang mencapai 2.657 orang berdampak terhadap psikologis masyarakat. Pasalnya, lonjakan tersebut terjadi di saat masyarakat tengah mencoba beradaptasi menghadapi new normal. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *