Kewajiban Menghormati Guru
Di era modern rasa hormat murid terhadap guru jauh berbeda dengan puluhan tahun silam. Kalau dahulu guru datang mengajar ke sekolah dengan memakai sepeda ontel, ketika dilihatnya guru itu memasuki halaman sekolah maka murid-murid pun berebut menyambutnya ada yang menuntun sepeda masuk halaman sekolah, ada pula yang membawakan tas yang dibawa guru.
Islam mengajarkan para murid menghormati dan menghargai guru karena melalui gurulah kita mendapatkan ilmu yang bermamnfaat sehingga berguna untuk agama, bangsa dan negaranya.
Sikap menghormati guru ini sejatinya sudah dicontohkan para sahabat Rasulullah di zamannya . Umar bin Khattab menyatakan pada para sahabatnya agar tawadhu rendah hati , tidak sombong, tidak angkuh terhadap mereka yang mengajarkan ilmunya . “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR. Bukhari).
Para Sahabat Rasulullah sangat santun pada Rasulullah, mereka tidak pernah memotong ucapan atau mengeraskan suara di hadapan Rasulullah. Bahkan Umar bin al-Khattab yang terkenal keras wataknya pun tidak pernah meninggikan suaranya di hadapan Rasulullah.
Saking hormatnya Imam Syafi’ pada Imam Malik gurunya. Ketika sedang belajar Imam Syafe’i berhati-hati pelahan sekali membolak-balikkan lembaran kitabnya agar tidak terdengar oleh gurunya.
Mencari ilmu pengetahuan yang mampu mengubah dari tidak bisa menjadi bisa dari keterbelakangan menjadi maju tak lepas dari peran guru dan ulama. Guru dari berbagai bidang ilmu dan ulama dalam ilmu agama memiliki tugas yang mulia untuk mencerdaskan seseorang, kelompok, masyarakat dan bangsa bagi kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sungguh bahwa semua ilmu untuk hidup dan kehidupan manusia itu berasal dari Allah. Maha luasnya ilmu pengertahuan yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya jika dibandingkan dengan kemampuan manusia menguasai ilmu pengetahuanh dan ilmu agama. Allah berfirman : “Katakanlah :Kalaulah sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis( ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS Al Kahfi :109).
Para ulama dan guru wajib diperlakukan dengan baik sesuai dengan haknya, patut dikenang dan dihargai sepanjang hayatnya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban seorang murid kepada gurunya.
Rasulullah bersabda; “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR Ahmad).”
Imam Al Ghazali dalam kitabnya “Ihyaa Ulumuddin “ menyebutkan bahwa seorang guru adalah orang dengan kedudukan yang besar di kerajaan langit. Ia juga mengumpamakan seorang guru seperti matahari, menerangi dan juga memberi kehidupan. Ia juga menyebut guru atau pendidik sebagai Maslikhul Kabir karena mampu menyelamatkan murid dari kerasnya hidup di dunia dan kejamnya siksa neraka. Bahkan disebutkan pula bahwa jasa guru lebih banyak jika dibandingkan jasa orangtua.
Guru yang baik adalah mereka yang cerdas juga sempurna akal dan sehat fisiknya. Beberapa sifat khusus yang harus dimiliki guru dalam mengajar yakni zuhud, ikhlas dalam mengajar, mudah memaafkan, paham akan tabiat muridnya, memiliki pribadi ang bersih, sikapnya selayaknya seorang bapak atas anaknya, serta memiliki penguasaan ilmu yang baik.
Menurut Al Ghazali amal perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian sesesorang pendidik lebih penting daripada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian seorang pendidik akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang pendidik ibarat tongkat dengan bayang – bayangannya. Bagaimanakah bayang – bayang akan lurus, apabila tongkatnya saja bengkok.. Wallohu a’lambishshawab. (nuchasin m.soleh)