Hikmah Pagi : Kisah Manusia Paling Bodoh yang Menjadi Ulama Besar

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hikmah pagi ini, bagi para santri di berbagai pesantren, kiranya sudah tidak asing lagi dengan kisah seorang ulama yang masa sekolahnya paling bodoh. Akan tetapi berkat kesungguhannya dalam belajar ia mampu menjadi ulama besar. Sebut saja ulama itu adalah Ibnu Hajar Al-Asqalani. Karya-karya dari ulama tersebut sangatlah popular khususnya di kalangan pesantren, seperti kitab Fath Al-Bari, Bulugh Al-Maram, Tahdzib Al-Tahdzib, dan karya-karya lainnya.

Hajinews.id – Dahulu kala Ibnu Hajar merupakan seorang santri yang sangat bodoh. Ia belajar pada kiainya sampai beberapa tahun lamanya, namun dirinya masih saja belum bisa membaca dan menulis, hingga akhirnya sampailah pada momen putus asa.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kemudian dirinya memohon izin kepada gurunya itu untuk diperbolehkan pulang. Akhirnya dengan berat hati sang kiai pun mengizinkannya pulang, akan tetapi sang kiai menitipkan pesan untuknya agar jangan sampai berhenti belajar sesampainya nanti di rumah.

Ibnu Hajar pun akhirnya bersiap-siap untuk melanjutkan keputusannya pulang ke rumah. Sementara di tengah perjalanan, hujan turun sangat lebat, yang memaksa dirinya untuk berteduh dalam sebuah gua. Karena hujan tak kunjung usai, akhirnya ia memutuskan untuk lebih masuk ke dalam gua sembari duduk tenang di dalamnya.

Pada saat itu, terdengarlah suara-suara dari sebuah tempat yang cukup membuatnya penasaran. Atas rasa penasaran, dirinya pun langsung mendatangi sumber suara itu.

Ternyata, sumber suara itu berasal dari sebuah gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Sementara batu yang ditetesi air itu berlubang cukup besar, sangatlah mungkin disebabkan tetesan air yang bertahun-tahun tidak pernah berhenti.

Melihat kejadian tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung dan memikirkan batu yang berlubang cukup besar itu. Dirinya berfikir bahwa “batu yang besar dan keras ini lama-lama akan berlubang hanya dengan tetesan air. Sementara kenapa aku kalah dengan batu itu? Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, bararti aku kurang lama dalam belajar”.

Setelah merenungkan kejadian tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke pondok pesantren dan tidak jadi pulang. Selain itu, semangatnya pun tumbuh lagi untuk belajar kepada gurunya. Dan sampailah ia ke pondok dan memegang dengan kuat semangat untuk belajar lebih tekun dan keras lagi, bahkan dirinya tidak mau mengenal lagi putus asa.

Dan ternyata usahanya itu tidak sia-sia dalam belajar. Dirinya menjadi seorang alim, bahkan dapat melahirkan berbagai karya yang sampai saat ini masih relevan untuk dipelajari. Dari kisah gemericik air yang terus menetes ke batu itulah yang menjadikan dirinya dijuluki sebagai Ibnu Hajar (Anak Batu).

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut dan juga tidak mudah menyerah dalam menuntut ilmu. Semoga bermanfaat.

 

 

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *