Hukum Puasa Sya’ban dalam Islam, Apakah Rasulullah SAW Pernah Melakukannya?

Hukum Puasa Sya’ban dalam Islam, Apakah Rasulullah SAW Pernah Melakukannya?
ilustrasi: puasa sya'ban
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Di antara puasa sunnah yang dianjurkan serta dicontohkan Rasulullah adalah puasa Sya’ban. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Syaban.

Salam, admin harakah yang terhormat, bagaimana hukumnya puasa sya’ban dan apakah Rasulullah pernah mengerjakannya? Terima kasih

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Puasa adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Puasa terbagi dua: ada puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib biasanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Sementara puasa sunnah kapanpun boleh dilakukan selama tidak pada hari yang dilarang untuk puasa.

Di antara puasa sunnah yang dianjurkan serta dicontohkan Rasulullah adalah puasa Sya’ban. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Syaban. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang bersumber dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

‘Aisyah berkata, “…Aku tidak melihat Rasulullah puasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak melihat beliau puasa banyak seperti halnya puasa di bulan Sya’ban.” (HR: Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, Rasul pernah ditanya salah seorang sahabat, “Puasa apa yang paling utama selain puasa Ramadhan?” Rasul menjawab, “Puasa di bulan Sya’ban karena untuk mengagungkan Ramadhan.” (HR: al-Tirmidzi)

Kendati memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, tapi Rasulullah SAW sendiri menyarankan kepada umatnya agar melakukan amalan sesuai dengan kemampuannya. Dalam riwayat al-Bukhari ditegaskan, “Beramallah semampu kalian, karena Allah tidak pernah bosan, sehingga kalian bosan duluan.”

Jika dalam praktiknya, Rasulullah SAW melakukan puasa pada bulan Sya’ban, lalu bagaimana dengan hukumnya? Apakah praktik puasa tersebut termasuk kewajiban atau kesunnahan. Artinya, apakah puasa Sya’ban adalah keharusan ataukah hanya anjuran?

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum puasa Sya’ban. Berkisar antara yang berpendapat sunnah dan tidak sunnah. Secara garis besar, Praktik Rasulullah SAW ini, membuat mayoritas ulama yang terdiri dari golongan mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i menghukumi sunnah puasa bulan Sya’ban. Sedangkan dalam mazhab Hanbali, puasa Sya’ban tidak dianjurkan. Kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah menulis,

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ – إِلَى اسْتِحْبَابِ صَوْمِ شَهْرِ شَعْبَانَ، لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Mayoritas ulama yang meliputi ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyyah berpendapat dianjurkannya puasa bulan Sya’ban. Karena ada riwayat dari Sayyidah Aisyah yang berkata, “Saya tidak pernah menyaksikan Rasulullah SAW berpuasa lebih banyak dibanding pada bulan Sya’ban” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, juz 28, hlm. 95)

Demikian penjelasan singkat tentang hukum puasa Sya’ban. Semoga hukum puasa Sya’ban ini menambah wawasan kita bersama.

Sumber: harakah

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *