Haedar Nashir: Perselisihan Jangan Diperbesar tapi Diminimalkan

Haedar Nashir: Perselisihan Jangan Diperbesar tapi Diminimalkan
Haedar Nashir:
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, menyatakan, perselisihan itu jangan terus diperbesar dan dikapitalisasi. Setiap perbedaan sebaiknya diminimalkan.

Haedar Nashir mengisahkan sebuah contoh pada masa lampau. Kala itu, Nabi Muhammad SAW berhasil mempertemukan kaum pendatang dari Makkah dan kaum setempat di Madinah. Kaum yang berada di Madinah tersebut sudah ada yang muslim dan ada juga yang tidak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di antara kaum tersebut ada suku Aus dan Khazraj yang sudah bertahun-tahun selalu bertengkar, berselisih bahkan berperang lalu kemudian mereka masuk Islam.

“Suatu ketika mereka begitu tampak rukun, damai, guyub dan mesra. Ada oknum Yahudi yang tidak suka melihat kerukunan itu, perdamaian antara Aus dan Khazraj. Kemudian dia menyelinap masuk ditengah-tengah kerumunan mereka yang sedang mesra. Sang Yahudi yang provokator itu menyulut dan mengungkit peristiwa di masa lampau ketika Aus dan Khazraj bertengkar, berperang,” kisah Haedar, dikutip dari muhammadiyah.or.id, Sabtu (5/6).

Tentu saja, masa lalu yang terungkit itu menimbulkan trauma pada keduanya dan memicu kembalinya pertengkaran. Nyaris saja Aus dan Khazraj bangkit untuk saling bertengkar kembali sampai terdengar oleh Nabi Muhammad SAW.

Kemudian Nabi merukunkan sekaligus berkata “Apakah kalian mau mendengarkan ocehan kaum jahiliyah yang ingin membangkitkan kembali kalian untuk bertengkar?”

Haedar melanjutkan melihat Aus dan Khazraj yang hendak kembali bertengkar, nyaris saja mereka seperti berdiri di tebing jurang neraka.

Dilansir muhammadiyah.or.id, Haedar Nashir mengatakan, agama Islam mempunyai rujukan yang jelas terkait silaturahmi. Salah satunya tertuang dalam surat Ali Imron ayat 103, yang berbunyi:

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

Dari ayat tersebut hendaknya ummat Islam menjalin hubungan dalam jalinan tali Allah dan jagan sekali-kali berpecah belah. Yang harus diwaspadai juga adalah benih atau virus yang mengganggu ukhuwah. Di surat al-Hujarat ada frasa, sesungguhnya antar kaum mukmin itu bersaudara maka islahlah.

“Islah itu supaya damai, dan Insya Allah kalau kita damai maka Allah akan menurunkan rahmatnya. Di ayat sebelumnya kenapa ada kata Islah karena ada kemungkinan atau ada peristiwa dimana antar kaum beriman sekalipun yang satu agama itu dia bertengkar satu sama lain. Jadi berselisih, bertentangan, bertengkar itu bagian dari sunatullah sebenarnya. Tapi bagaimana bertengkar berselisih itu tidak berkepanjangan dan memperoleh titik temu, itulah yang disebut Islah,” jelas Haedar.

Dalam kehidupan manusia tidak ada hidup tanpa berselisih lebih-lebih kita umat manusia ini berbeda suku, ras, golongan, juga alam pikiran itu tentu selalu ada perselisihan tetapi kita diingatkan Allah swt supaya perselisihan itu jangan diawetkan.

“Perselisihan itu jangan terus diperbesar, dikapitalisasi, sebaiknya perselisihan pertengkaran itu diminimalisasi bahkan harus kita reduksi dan kita ganti dengan solidaritas kemanusiaan kita, dengan al-ukhuwah al basyariyah (salah satu konsep persaudaraan),”kata Haedar.

Sumber: muhammadiyah

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *