Gus Baha: INI Ciri-ciri Orang yang Dijaga oleh Allah, Salah Satunya Menjaga Kemaluan

Gus Baha: INI Ciri-ciri Orang yang Dijaga oleh Allah, Salah Satunya Menjaga Kemaluan
Gus Baha: INI Ciri-ciri Orang yang Dijaga oleh Allah, Salah Satunya Menjaga Kemaluan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha tengah populer di kalangan publik.

Tidak hanya karena Gus Baha merupakan murid dari almarhum Syaikhina KH Maemoen Zubair atau Mbah MoenGus Baha juga cukup populer di kalangan milenial.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Terutama bagi para milenial yang kerap mengikuti pengajian Gus Baha di Channel YouTube Ngaji Ahlussunah, pasti sudah tidak asing lagi.

Penjelasan dan logika yang disampaikan terkait agama dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan sangat baik oleh kaum milenial masa kini.

Melansir dari Channel YouTube Ngaji Ahlussunah yang diunggah pada Jumat (29/1/2021), Gus Baha dalam pengajiannya membahas 5 tanda orang yang dijaga oleh Alloh.

Dalam pengajiannya Gus Baha menyebut ada 5 tanda-tanda orang yang dijaga oleh Allah.

Diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda;

“Seorang hamba tidak akan mencapai derajat orang yang bertakwa, sehingga dia meninggalkan apa yang tidak haram bagi dirinya, karena khawatir akan keburukan yang ada di dalamnya,”.

1. Menjaga Lisan dan Kemaluannya

Gus Baha menyebutkan ciri atau tanda pertama adalah orang yang menguasai dirinya sendiri.

Hadis Riwayat Tirmidzi dan Hakim:

“Ciri pertama, tidak berteman kecuali dengan orang yang bisa memperbaiki agamanya. Dan tidak berkumpul kecuali dengan orang yang bisa memperbaiki agamanya. Serta orang yang bisa menguasai kelamin dan lisannya,”.

Dalam hadis riwayat tersebut menyebutkan bahwa kita manusia tidak boleh berkumpul atau berteman dengan orang yang dapat menyesatkan.

Sebaliknya kita harus berteman dan berkumpul dengan orang yang dapat memperbaiki kualitas ibadah kita (agama).

Serta orang-orang yang dapat menjaga kemaluannya dan lisannya.

“Dengan sekira mampu menahan diri dari bersetubuh dan berbicara terlalu sering. Meskipun keduanya halal. Tapi jika berlebihan menjadi tidak baik,” ujar Gus Baha.

2. Melihat Masalah Duaniawi Sebagai Musibah

 “Ciri kedua, jika terjadi sebuah hal yang luar biasa pada urusan dunianya, maka dia akan memandang itu sebagai musibah,”.

Gus Baha menyebut musibah yang mempersulit adalah akibat dari hal yang ditimbulkan.

“Semisal karena mendapat banyak uang atau kenal dengan pejabat atau kenal dengan siapapun yang berpotensi membuatnya terlena akan dunia dia anggap itu sebagai musibah dan hisabnya berat,” tutur Gus Baha.

Karena mengenal seorang pejabat yang berlaku tidak adil maka kita memiliki kewajiban untuk mengingatkan.

Sementara jika kita tidak mengenal maka kita tidak memiliki kewajiban mengingatkan atau menasihati.

“Iya kan? Jika kalian tidak kenal dengan jaksa enak. Tapi jika kalian kenal dengan hakim atau jaksa yang tidak akan berlaku adil, jika tidak kamu beritahu malah repot,” tuturnya.

“Jadi, jika dia terlibat sesuatu yang berurusan dengan diniawi, dia khawatir itu berakibat buruk. Sehingga dia anggap itu sebagai musibah,” tambahnya.

3. Senang Belajar Agama

“Ciri ketiga, jika dia mendapatkan hal kecil yang kaitannya dg agama, maka itu bisa membuat dirinya sangat bahagia,”.

Ciri berikutnya adalah ketika seseorang belajar agama dan mendapat saja sedikit ilmu dia merasa sangat bahagia.

“Maksudnya jika dia mendapat sesuatu yang bisa menambah pengetahuan agamanya dia sangat bahagia.

Artinya dia menganggap itu sebuah keuntungan yang begitu besar. Misal dia sangat bahagia tiap kali mengaji karena imannya bertambah,” uangkannya.

4. Tidak Makan Berlebihan

“Ciri keempat, dia tidak pernah mengisi penuh perutnya dengan makanan halal, karena khawatir ada perkara haram tercampur di dalamnya,”.

Tidak makan makanan (halal) secara berlebihan, karena takut makanan yang dimakan ada perkara haramnya.

“Karena tadi menurut fiqih, selama tidak berlebihan, kalaupun haram bisa menjadi halal karena kadar darurat,” kata Gus Baha.

Gus Baha juga berseloroh jika berbakat jadi seorang wali maka cobalah tidak makan sehari penuh jika kuat.

“Makanya kalau kamu jadi wali, kamu harus mencoba jadi wali asalkan kuat. Sehari penuh kamu jangan makan. Syukur-syukur 40 hari kamu tidak makan. Kemungkinannnya dua, menjadi wali atau mati,” selorohnya ringan.

Namun jika dalam keadaan darurat maka sesuatu makanan yang haram menjadi halal.

“Sedangkan kaidah fiqih menyebut keadaan darurat memperbolehkan hal yang dilarang. Misanya jika kamu tidak makan maka kamu akan mati sedangkan yang tersedia hanya daging anjing atau bangkai.

Itu jadi halal karena darurat. Begitu juga umpama di zaman akhir semua makanan yang ada itu haram lalu kamu makan makan karena alasan darurat maka otomatis jadi halal,” tuturnya.

5. Berprasangka Baik Sama Allah

“Ciri kelima, selalu memandang orang lain sebagai orang yang selamat (benar). Dan selalu memandang dirinya sebagai orang yang celaka (salah),”.

“Artinya terbebas dari kehancuran karena hubungan baiknya dengan Allah (berprasangka baik). Memandang oang lain selamat (benar), tapi memandang dirinya celaka (salah) itu untuk melawan ego/ takabur di dalam dirinya,” ungkapnya.

Cara melawan takabur menurut gus Baha adalah dengan memandang orang lain selamat (benar) dan melihat diri tidak selamat (salah). Hal ini dalam konteks melawan takabur (sombong).

“Tapi jika kamu memiliki perasaan itu (rendah diri) justru membuat kamu suuzon kepada Allah, hidup kamu jadi tidak bersyukur maka tidak boleh seperti itu,” katanya.

Kita harus berprasangka baik terhadap Allah.

“Alhamdulillahilladi hadana lillhada mawa kunna linahtadiy Laula anhada innallah,”.

Artinya: Terima kasih ya Alloh, Engkau telah memberiku hidayah. Andaikan tidak Engkau beri hidayah saya tak akan mendapat hidayah. 

Sehingga kita tdak boleh berlebihan memandang orang lain lebih pintar sementara kita yang salah.

Tidak boleh berlebihan menilai orang lain, karena dikhawatirkan kita menjadi orang yang tidak pernah bersyukur.

“Tapi dengan melihat orang lain salah dan kita benar itupun juga bisa membuat kita menjadi orang yang takabur. Berulang kali saya katakan, biasa saja. Tidak merasa benar atau merasa salah,” pungkasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *