Ironis! Penghasil Sawit Terbesar, Harga Minyak Goreng di RI Mahal

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) membeberkan, penyebab kenapa harga minyak goreng terpantau masih mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir. Foto Sindonews
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Harga minyak goreng terpantau masih mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir. Kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh naiknya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Sepanjang tahun 2021, harga rata-rata CPO di atas USD1.000 per metrik ton, bahkan mencapai puncak tertinggi yaitu USD1.390 per metrik ton pada Oktober lalu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Meski Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia, namun harga ditentukan oleh mekanisme pasar dunia. Apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga dalam negeri juga akan ikut naik.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, kenaikan harga CPO ini turut dipengaruhi oleh produksi CPO yang cenderung flat di tahun ini. Bahkan produksi komoditas minyak nabati lainnya juga tidak sebagus yang diharapkan.

Sementara dari sisi permintaan, beberapa negara utama tujuan ekspor mulai menunjukkan pemulihan ekonomi. Akibatnya, permintaan naik tajam sedangkan produksi tidak dapat mengikuti kecepatan tersebut.

“China sangat cepat recovery sehingga banyak demand terserap oleh China. Sementara pasca pandemi kelihatannya belum siap kembali normal sehingga terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand. Banyak harga-harga naik, tidak hanya CPO. Tapi juga pupuk naik, baja naik, jadi masih belum seimbang,” ujar Joko dalam keterangannya.

Wakil Ketua Umum III Gapki, Togar Sitanggang mengatakan, kenaikan harga minyak sawit turut dipengaruhi komoditas lain yang menjadi substitusi sawit seperti biji bunga matahari dan kedelai.

“Minyak goreng sawit dipengaruhi oleh komoditas sejenis seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang saat ini harganya sangat mahal. Ketiga komoditas ini harus menjaga gap harga karena nanti efeknya terhadap permintaan minyak nabati itu sendiri,” tuturnya.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *