Sebut Tukang Penjarakan Ulama, Netizen: Haikal Hasan ‘Meludahi’ Bung Karno

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Sebuah Video Haikal Hasan yang menyebut Bung Karno tukang penjarakan ulama viral di media sosial (Medsos)

Dalam video berdurasi 1 menit 33 detik itu, Haikal Hasan menegaskan apa yang disampaikannya terkait kepemimpinan Bung Karno adalah sejarah yang tidak boleh ditutup-tutupi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Pak saya cerita ye… tanggal 11 bulan September tahun 1957, ada itjima ulama. Dimane diadakannye? Di Palembang. Itu muktamar ulama yang pertama kali. Siapa yang pimpin? KH Isa Ansor. Siapa Sekjennya? KH Ghozali Hasan. Siapa pesertanya? Buya Hamka, Muhammad Natsir, Syafrudin Prawiranegara, Sahrir, Kahar Muzakar. Itu Masya Allah, top-top semua. Tahu apa yang terjadi di Jakarta? Bung Karno bersama PNI-nya dan PKI-nya dan Nasakom-nya ngata-ngatain ulama yang sedang muktamar. Mereka menuduh ulama yang sedang muktamar itu amoral. Kata Bung Karno. Jangan ditutup-tutupin. Sejarah ini. Bung Karno kan proklamator? Iye. Bung Karno kan berjasa? Gua tahu. Bung Karno hebat? Setuju. Tapi jangan lupa Bung Karno tukang penjarain para ulama bersama nasakom-nya. Silahkan bantah kalau bisa,” kata Haisal Hasan.

Adalah akun @__AnakKolong yang memviralkan video tersebut. Dalam cuitannya, dia menyebut Haikal Hasan telah “meludahi” Bung Karno dalam ceramahnya.

“Sekira April 2021 WNI Keturunan Arab @Haikal_Hassan “MELUDAHI” Bung Karno dlm ceramahnya. WNI Keturunan Arab-pengguna akun @Haikal_Hassan menyampaikan peristiwa sejarah dgn mengamputasi konteksnya, sesuai dgn birahi politiknya,” cuit @__AnakKolong seperti dilihat FIN pada Selasa (8/2/2022).

Padahal, lanjut @__AnakKolong, menyebut Muktamar Ulama se-Indonesia tanggal 8-11 Sept 1957 di Palembang tersebut, digagas oleh tokoh-tokoh Masyumi yang berbeda pandangan politik dengan Bung Karno

“Selanjutnya, pada 10 November 1957, para Ulama Betawi menggelar musyawarah di Jakarta Timur. Musyawarah itu dipimpin oleh Habib Salim bin Djindan al-Alawi yang merupakan ulama besar di tanah Betawi,” lanjutnya.

Hasil musyawarah itu adalah penolakan para ulama Betawi terhadap putusan Muktamar alim ulama di Palembang. Putusan tersebut menegaskan bahwa Muktamar Palembang tidak merepresentasikan ulama di Indonesia, pun tidak merepresentasikan umat Islam di Indonesia.

“Terkait pernyataan penceramah @Haikal_Hassan bahwa Bung Karno tukang penjarakan ulama, di titik ini konteks sejarahnya diamputasi oleh yang bersangkutan,” imbuhnya.

Pada tahun 1957, memang benar terjadi penangkapan terhadap sejumlah tokoh dari berbagai partai dan ideologi. Termasuk ulama dari Masyumi.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *